
PEMILU DAN PILPRES Manipulasi Kepuasan Survei Joko Widodo makin terkuak karena seharusnya angka kepuasannya 100 persen kok hanya 75 persen sampai 85 persen?
DKYLB.com, Ahad (12/10/2024) - Dengan anggaran fantastis hingga bisa membayar lembaga survei, influencer, dan buzzer, maka nyaris tidak ada celah ketidakpuasan bisa terbuka di survei yang dilakukan untuk memotret kepuasan rakyat.
Ternyata dari cara survei sejumlah lembaga survei dan Litbang, nyaris tidak mungkin ada ketidakpuasan sejumlah masyarakat karena responden berharap pada permen atau minimal uang transport di saat mereka bersedia meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner yang diajukan.
Selain itu, mereka juga masih harus diberikan konsumsi, makanan, minuman, jadi diperkirakan per orang perlu disediakan anggaran Rp 200.000 sampai Rp 300.000.
Biaya survei membengkak jauh lebih mahal dari biaya di tahun sebelumnya karena harga konsumsi juga terus meningkat, bahkan hanya untuk angkringan saja bisa menelan Rp 50.000 sekali jajan.
Tidak ada makan siang gratis bahkan jajan di angkringan saja harus merogoh kocek dalam-dalam.
"Biaya survei memang mahal apalagi survei tentang kepuasan publik, tapi semua responden saya menyatakan puas, tidak ada yang kurang puas atau tidak puas karena pulangnya diberikan transport," kata seorang pelaku survei di Jakarta, Ahad.
Sementara itu, responden menyatakan, dia bersedia untuk disurvei karena memang ada yang transport yang diterimanya di tengah sulitnya lapangan kerja dan sekadar mendapatkan penumpang ojek online.
"Saya senang disurvei karena dikasih ongkos, jawaban saya semuanya puas, puas, puas, tidak ada kurang puas atau tidak puas," kata seorang responden survei.
"Setelah uang habis, saya merasakan lagi kesulitan hidup sehari-hari, berat betul, jadi saya tidak puas, sebenarnya," kata seorang responden lainnya di Surabaya, Ahad.
Nyaris semuanya senang dan riang gembira saat menjadi responden survei.
Apalagi anggarannya melimpah, sehingga tidak ada yang tidak puas atau kurang puas.
Mereka yang kurang puas atau tidak puas ibarat menemukan jarum di tumpukan jerami.
Kenyataan itu berbanding terbalik dengan masyarakat yang tidak disurvei atau tidak bekerja sebagai pelaku survei.
Proyek terima kasih Joko Widodo tidak menggunakan anggaran dari kocek pribadi, tapi dibiayai APBN dengan jumlah fantastis seperti diungkap Bocor Alus, yang disaksikan, Ahad.
Jadi, di mana ada responden yang menyatakan tidak puas pada rezim Joko Widodo karena memuaskan Litbang Kompas, LSI Denny JA, Indikator, Indobarometer, dan sejumlah lembaga lainnya yang mendapatkan order itu pasti sangat bersuka cita?
Hampir semua yang menerima kucuran terima kasih Joko Widodo akan menyatakan puas dan sebagian saja sangat puas, tapi mencari yang tidak puas?
Ya itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami.