X

GAYA HIDUP Dari Panci Warteg Bahari, Bu Ipah Antar Tiga Anak Jadi Sarjana

11 November 2025 16:40 | Oleh Tim DKYLB 01

Dengan tangan yang masih cekatan melayani pelanggan, Bu Ipah (53), pemilik Warteg Bahari,

tersenyum di balik etalase kaca warungnya. Berjualan sejak tahun 1992, warung yang terletak strategis di samping Universitas Pancasila (UP), Jakarta Selatan, ini tidak hanya menjadi pengisi perut mahasiswa, tetapi juga menjadi saksi bisu perjuangannya membiayai kuliah tiga orang anaknya hingga lulus sarjana.
Berdasarkan pantauan di lokasi pada Senin (10/11/2025) siang, suasana Warteg Bahari tampak ramai namun tenang. Aroma khas masakan rumahan kerang khas Bu Ipah dan ayam goreng yang tercium kuat. Tidak ada musik hingar-bingar, hanya suara sendok beradu dengan piring dan obrolan pelan para pengunjung. Belasan mahasiswa silih berganti datang, menunjuk lauk-pauk seperti jengkol balado, telur dadar, dan orek tempe yang tersusun rapi di etalase kaca.

Perjalanan Warteg Bahari tidak dimulai di lokasinya saat ini. Bu Ipah menceritakan, ia pertama
kali membuka usahanya jauh di atas jalan utama. "Dulu awalnya di atas, tapi masih sewa
tempatnya," ujar Bu Ipah saat ditemui di warungnya. Ia kemudian memutuskan pindah ke lokasi
yang sekarang, sebuah keputusan yang terbukti sangat strategis karena lebih dekat dengan
gerbang kampus UP.

Lokasi baru ini mendatangkan berkah. Mahasiswa dan civitas akademika UP menjadi pelanggan
utamanya. "Kalau hari aktif biasa, bisa lebih dari 50 pelanggan yang makan," jelasnya. Meski
begitu, mengandalkan satu segmen pasar memiliki tantangan tersendiri. Momen terberat bagi Bu Ipah adalah ketika kampus memasuki masa libur panjang. "Kalau (mahasiswa) libur panjang ya
sepi, karena kebanyakan pelanggan memang dari UP."
Salah satu pelanggan setia yang ditemui di lokasi adalah Akbar (20), seorang mahasiswa
semester akhir Universitas Pancasila. Ia mengaku hampir setiap hari makan di warteg tersebut. "Harganya sangat pas di kantong mahasiswa. Tapi yang utama, rasanya itu rumahan banget, tidak berubah," kata Akbar. Menurutnya, selain masakan, sosok Bu Ipah yang ramah membuat warteg ini terasa berbeda. "Saya paling suka orek tempe sama ayam gorengnya. Ibu Ipah juga ramah,
sudah seperti ibu sendiri," tambahnya.
Selama 32 tahun berdagang, Bu Ipah memegang teguh satu tujuan besar: menyekolahkan ketiga anaknya setinggi mungkin. "Tujuan terbesar saya ya menyekolahkan anak-anak sampai bisa
kuliah," tuturnya. Kini, tujuan mulia itu telah lunas tercapai. "Syukurlah, ketiga anak saya semua sudah lulus kuliah dan alhamdulillah sudah kerja semua," katanya dengan nada bangga. Setelah
impian terbesarnya terwujud, Bu Ipah mengaku terus melanjutkan usahanya bukan lagi semata
untuk materi, melainkan karena kecintaan. "Sekarang (jualan) ya karena hobi, karena passion saja," pungkasnya.

Keterangan Tambahan:
● Reporter: Muhammad Ramadhan Kusmana
● Tanggal Liputan: 10 November 2025
● Lokasi: Samping Universitas Pancasila, Jakarta Selatan


Media Sosial Dongkrak Penjualan V.Speedshop, UMKM Lokal Ini Raup Pelanggan hingga Luar Pulau

Artikel ini mengangkat kisah inspiratif Upi, pemilik V.Speedshop, yang sukses memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan usahanya di bidang penjualan baut titanium motor. Melalui platform seperti Instagram dan TikTok, Upi mampu menarik perhatian pelanggan dari berbagai daerah, bahkan hingga luar pulau. Dengan strategi konten sederhana menampilkan detail produk, video pemasangan, dan interaksi aktif dengan pengikut penjualannya meningkat pesat. Media sosial menjadi “etalase utama” bagi usahanya, menggantikan promosi konvensional yang kini kurang efektif. Kesuksesan ini juga berdampak positif terhadap kesejahteraan keluarganya dan menginspirasi masyarakat sekitar. Upi berharap pemerintah dapat memberikan pelatihan dan dukungan bagi pelaku UMKM agar lebih siap bersaing di era digital.

11 November 2025 22:30 | dunia-kerja

Pak Budi, Penjual Siomay yang Setia di Depan Halte Universitas Pancasila

Di tengah padatnya aktivitas mahasiswa dan arus kendaraan di depan Halte Universitas Pancasila, ada satu sosok yang hampir selalu hadir setiap hari. Sebuah gerobak sederhana dengan uap panas yang mengepul dan aroma gurih ikan tenggiri yang menggoda menandai keberadaannya. Sosok itu adalah Pak Budi, penjual siomay yang sudah lebih dari sepuluh tahun setia berdagang di lokasi yang sama.

11 November 2025 21:13 | daerah

Perdagangan Vape Longgar, Pengawasan Pemerintah Dipertanyakan

Di wilayah Cileungsi, tepatnya sepanjang Jalan Raya Cileungsi-Jonggol, penjualan rokok elektrik atau vape kian marak tanpa kendali. Observasi lapangan mengungkap kios-kios yang menawarkan perangkat vape dan cairan nikotin ilegal, tanpa izin edar maupun label kesehatan resmi. Mayoritas konsumen adalah remaja usia belasan, dengan transaksi yang sibuk dari subuh hingga malam, dikelilingi aroma buah sintetis dan keramaian anak muda. Kepala Seksi Pengawasan Dinas Perdagangan setempat, Aditya Firmansyah, mengakui pengawasan lemah karena petugas terbatas dan razia jarang, sehingga sanksi tak menakutkan. Pedagang bernama Harlan mengatakan vape jadi barang laris, meski cairannya tak berlabel BPOM. Ahli kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Cileungsi, dr. Lestari Nirmala, menyoroti bahaya kecanduan nikotin pada generasi muda akibat strategi pemasaran yang memikat. Situasi ini mendesak pemerintah untuk intensifkan razia, wajibkan kepatuhan pedagang, dan galakkan edukasi publik guna cegah lonjakan masalah kesehatan di masa depan.

11 November 2025 18:24 | kesehatan

“Pedagang Kaki Lima Kentang, Cimol, dan Jamur Crispy Jadi Incaran Mahasiswa di Sore Hari

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas reportase lapangan untuk mata kuliah Pengantar Jurnalistik ini dengan baik. Melalui tugas ini, saya berkesempatan melakukan liputan langsung di lapangan dan menulis berita bertema Travel & Kuliner dengan fokus pada pedagang kaki lima yang menjual kentang, cimol, dan jamur crispy di area Kampus Universitas Pancasila. Liputan ini memberikan pengalaman berharga dalam memahami proses kerja jurnalistik, mulai dari observasi, wawancara, hingga penyusunan berita sesuai kaidah 5W+1H. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, Dr. Gede Moenanto Soekowati, S.I.Kom., M.I.Kom., serta kepada para narasumber, yaitu Bapak Ari dan Adhan, yang telah memberikan waktu dan informasi untuk kelengkapan liputan ini.

11 November 2025 16:50 | terkini