X

TERKINI Terungkap Fakta bahwa Orang Terdekat yang Membunuh Mirna Mulai Mengemuka Bermuara Asuransi Rp 69 Miliar

08 Oktober 2023 13:43 | Oleh Gede Moenanto

DKYLB.com, Ahad (8/10/2023) - Terungkap sosok pembunuh Mirna Wayan Salihin bukan Jessica Kumala Wongso.

Orang itu diduga adalah orang terdekat.

Baca Juga: Tawaran Otto Hasibuan Agar Jessica Wongso Ajukan Grasi Ditolak: Saya Bukan Pembunuh

Dia bukan pembunuh Mirna, tapi hanya korban salah tangkap.

Siapa pembunuh Mirna Wayan Salihin jika kasus kematian itu tidak wajar?

Orang yang memenjarakan Jessica diketahui adalah yang memberikan nafas buatan saat Mirna meregang nyawa.

Diduga, orang itu juga yang berambisi menjadikan kasus ini sebagai kasus pembunuhan berencana.

Bahkan, orang itu juga telah membungkam sejumlah orang termasuk psikolog forensik, Reza Indragiri Amriel.

Dia juga tidak membantah memasukkan sejumlah uang ke tas Reza.

Dia ketakutan karena Reza malah menelepon KPK dan akhirnya uang itu dibawa KPK.

Diduga hal itu terkait upaya mati-matian yang dilakukan orang tersebut agar Jessica Kumala Wongso dijadikan sebagai pembunuh Mirna.

Salah satunya terungkap dari analisa Hotman Paris Hutapea bahwa orang yang membunuh Angeline di Bali akhirnya terungkap bukan sosok bernama Agus.

Sosok itu justru adalah orang terdekatnya, yang tega membunuh Angeline yang masih di bawah umur dalam sebuah peristiwa mengerikan di Bali, beberapa waktu sebelum kasus Jessica mengemuka.

Baca Juga: Terungkap Misteri Kematian Mirna Tanpa Autopsi yang Menghukum Jessica 20 Tahun Kembali Mengemuka

Bahkan, salah satunya terjadi akibat Jessica Kumala Wongso adalah sosok yang lebih banyak menghabiskan waktu di Sydney, Australia.

Dia lebih banyak menggunakan waktu dengan bicara dalam bahasa Inggris.

Dia lebih banyak tanpa ekspresi saat dihadirkan sebagai terdakwa karena dugaan dia tidak mengerti semua tuduhan dan dakwaan yang ditimpakan pada dirinya.

Soalnya semua proses mulai Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sampai kasus itu masuk ke pengadilan, semuanya dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Sementara itu, Jessica Kumala Wongso diduga lebih mengerti bahasa Inggris.

Dalam pengakuan dia di persidangan, Jessica Kumala Wongso bahkan mengungkapkan tentang paksaan dari Direskrimum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Khrisna Murti agar dirinya mengaku perbuatannya sebagai pembunuh Mirna Wayan Salihin.

Padahal, dirinya memang tidak pernah melakukan perbuatan itu.

Bahkan, sampai seumur hidup, dia tidak akan mengakui perbuatan yang tidak dilakukan itu.

"Saya tidak mau mengakui perbuatan itu, saya tidak pernah melakukannya," katanya, dikutip Otto Hasibuan, pengacara dia.

Bahkan, akibat pernyataan itu, Otto Hasibuan, yang juga Ketua Peradi itu, menyatakan, dirinya sampai menangis karena harus menyadari bahwa dia akan mengetahui jawaban Jessica Kumala Wongso.

Meski, konsekuensi dia, harus menjalani hukuman yang sangat berat.

Dia mengungkapkan, ketika dirinya ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Wayan Mirna Wayan Salihin yang ditangani Polda Metro Jaya.

Dalam tahapan sidang ke-26 kasus kopi sianida, Jessica Kumala Wongso mampu menceritakan, dirinya mendekam di rumah tahanan Polda Metro Jaya.

Tampak, dia membaca tulisannya karena diduga dia tidak lancar berbicara dalam bahasa Indonesia.

Jessica Kumala Wongso mengaku, dirinya telah didatangi mantan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Irjen Pol Krishna Murti di dalam tahanan.

Baca Juga: Mengaku Tertipu Atas Tayangan Film Dokumenter Ice Cold di Netflix, Ayah Mirna Minta Netizen Tak Terkecoh

Krishna Murti, kala itu, telah mengucapkan sumpah untuk mempertaruhkan jabatannya dalam menetapkan dirinya sebagai tersangka, tapi akan diringankan hukumannya.

Masalah terbesar, Jessica Kumala Wongso dipaksa mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya 

"Saya didatangi pak Krishna Murti, dia bilang, saya turun ke tahanan sudah menjatuhkan harga diri saya."

"Pak Krishna juga bilang, saya tandatangani surat penahanan kamu, bismilah dan berdoa, saya mempertaruhkan jabatan saya demi Allah," kata Jessica pada 28 September 2016 silam.

Sosok itu menyatakan, dia akan menjamin hukuman Jessica Kumala Wongso jauh lebih ringan bahkan hanya tujuh tahun penjara saja jika dia mau mengakui sebagai pembunuh Mirna.

Asuransi Rp 69 Miliar

Ternyata di balik skandal kematian Mirna ada aroma uang senilai Rp 69 miliar.

Jumlah yang sangat fantastis dan bernilai korupsi.

Sementara itu, Edi Darmawan Salihin memang tidak menampik bahwa Mirna memang memiliki asuransi.

Namun, dia tak merinci jenis asuransi yang dimilikinya.

Meski ada sumber menyebutkan jumlah sampai Rp 69 miliar, dia hanya menyebutkan jumlah kecil yakni hanya Rp 10 juta saja.

Darmawan menyebutkan bahwa besaran uang asuransi tersebut adalah Rp 10 juta.

Darmawan mengatakan bahwa apa yang dikatakan Yudi Wibowo adalah hanya berbohong.

Sementara itu, pihak Kepolisian pada saat itu mengatakan bahwa Mirna tidak memiliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan yang mencapai US$ 5 juta.

Sementara itu, Mirna merupakan putri dari pengusaha Edi Darmawan Salihin dan Ni Ketut Sianty.

Kemudian, dia menyelesaikan studi Jubilee School Jakarta dan kemudian pindah ke Australia untuk melanjutkan sekolah dan berkerja sejak 2005. 

Dia menikah dengan Arief Soemarko di Bali pada November 2015.

Tidak lama setelah menikah, atau tepatnya 6 Januari 2016, nama Mirna menjadi sorotan publik karena menjadi korban pembunuhan dengan racun di sebuah kafe di Grand Indonesia, Jakarta.

Kasus ini kemudian dikenal dengan nama kopi sianida. 

Dalam kesempatan bicara di Indonesia Lawyer's Club (ILC), tahun 2016, dia bahkan menuduh, motif pembunuhan itu terkait rasa cemburu oleh Jessica Kumala Wongso.

Tuduhan lainnya disebutkan terkait Jessica Kumala Wongso tidak terima karena dinasehati oleh Mirna terkait pacarnya.

Tuduhan itu berubah karena tuduhan pertama tidak terbukti bahwa Jessica Kumala Wongso diduga cemburu akibat Mirna menikah padahal diketahui Jessica Kumala Wongso adalah sosok yang normal dan melakukan hubungan dengan pacar pria, bukan menjadikan Mirna sebagai kekasih dia.

Jumlah asuransi fantastis yang mencapai Rp 69 miliar sebagaimana diungkap di sejumlah media bisa jadi melatarbelakangi kematian Mirna, yang sebenarnya bukan pembunuhan.

Namun, jika kematian itu wajar, pertanggungan asuransi tidak akan sampai sebesar itu.

Dalam persidangan itu, sembari meneteskan air mata, Jessica juga membongkar bahwa dirinya saat itu dipaksa untuk mengakui bahwa dirinya adalah pembunuh Mirna.

Jessica bahkan mengakui bahwa Krishna Murti sempat berkata soal hukuman yang akan dijatuhi jika dirinya mengakui hal tersebut.

"Dia juga ajak saya ngomong katanya, mendingan kamu ngaku palingan kamu dihukum 7 tahun dan dipotong ini itu jadi sebentar.

Saya juga tidak akan kasih kamu dihukum seumur hidup atau mati," kata Jessica, sambil menirukan perkataan Krishna Murti di hadapan majelis hakim.

Tentu saja, Jessica Kumala Wongso menolak tawaran itu mentah-mentah bahkan memilih dipenjara seumur hidup atau dihukum mati saja dibandingkan harus mengakui perbuatan yang tidak dilakukan dia.

Sejumlah penonton tayangan dokumenter Netflix juga tidak kuasa menahan air mata mereka.

Hal itu bisa dilihat dan dirasakan dari banyaknya hujatan publik setelah film dokumenter Netflix itu mendunia.

Sungguh merisaukan pengakuan Jessica Kumala Wongso itu meski harus melawan sosok Khrisna Murti yang sangat berkuasa.

Meski kala itu, Khrisna Murti mempunyai wakil yaitu Ferdy Sambo yang sangat powerful.

Saat mendekam di dalam penjara, dirinya sempat mengalami depresi berat karena menganggap bahwa ruangan tahanan yang ditempati tidak layak dihuni tahanan.

Jessica juga mengakui tak mau bersosialisasi dengan tahanan lain karena takut menerima perundungan.

"Pernah juga suatu malam, hujan besar.

Banjir dan kecoa pada keluar semua, tapi saya tetap di situ.

Saya stres, menderita, sangat tidak manusiawi saya empat bulan di situ.

Dan saya diingatkan saat saya masuk (tahanan) katanya nanti saya di-bully, makanya saya takut sama tahanan lainnya,” kata Jessica.

"Saya tidak pernah melakukan apa yang disampaikan pengacaranya.

Bukan model saya melakukan hal-hal seperti itu," ucapnya di Jakarta.

Sementara itu, mantan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, saat masih berpangkat Kombes Polisi Krishna Murti telah membantah bahwa dia telah memaksa Jessica Kumala Wongso mengaku membunuh Wayan Mirna Salihin. 

Krishna menuturkan, pada pemeriksaan, ia hanya meminta Jessica mengatakan segala hal yang ia ketahui tentang kematian Mirna.

"Saya meminta dia berbicara sesuai fakta.

Kalau tidak ingin bicara pun, tidak masalah sama sekali.

Saya hanya memberinya kesempatan membeberkan fakta," kilahnya.

Netflix telah menyanyikan film dokumenter dari berbagai sisi termasuk memberikan ruang yang sangat luas dan lama untuk Edi Darmawan Salihin bicara.

Bahkan, dengan nada bicaranya yang tinggi, Edi Darmawan Salihin telah mengakui bahwa diri dia telah membayar atau mengeluarkan sejumlah uang untuk kasus Mirna.

"Saya menang, saya membayar, tapi jumlahnya tidak sebanyak Otto Hasibuan," katanya sambil tersenyum lebar.

Terkait tuduhan itu, Otto Hasibuan memastikan dirinya tidak dibayar sedikit pun oleh Jessica Kumala Wongso atau pihak lainnya.

Dia juga tidak pernah membayar perkara ini kepada pihak-pihak lainnya.

Sehingga, yang membayar dipastikan adalah Edi Darmawan Salihin dengan jumlah tidak sedikit sesuai pengakuannya, kepada siapa saja uang itu mengalir?

 


Media Sosial Dongkrak Penjualan V.Speedshop, UMKM Lokal Ini Raup Pelanggan hingga Luar Pulau

Artikel ini mengangkat kisah inspiratif Upi, pemilik V.Speedshop, yang sukses memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan usahanya di bidang penjualan baut titanium motor. Melalui platform seperti Instagram dan TikTok, Upi mampu menarik perhatian pelanggan dari berbagai daerah, bahkan hingga luar pulau. Dengan strategi konten sederhana menampilkan detail produk, video pemasangan, dan interaksi aktif dengan pengikut penjualannya meningkat pesat. Media sosial menjadi “etalase utama” bagi usahanya, menggantikan promosi konvensional yang kini kurang efektif. Kesuksesan ini juga berdampak positif terhadap kesejahteraan keluarganya dan menginspirasi masyarakat sekitar. Upi berharap pemerintah dapat memberikan pelatihan dan dukungan bagi pelaku UMKM agar lebih siap bersaing di era digital.

11 November 2025 22:30 | dunia-kerja

Pak Budi, Penjual Siomay yang Setia di Depan Halte Universitas Pancasila

Di tengah padatnya aktivitas mahasiswa dan arus kendaraan di depan Halte Universitas Pancasila, ada satu sosok yang hampir selalu hadir setiap hari. Sebuah gerobak sederhana dengan uap panas yang mengepul dan aroma gurih ikan tenggiri yang menggoda menandai keberadaannya. Sosok itu adalah Pak Budi, penjual siomay yang sudah lebih dari sepuluh tahun setia berdagang di lokasi yang sama.

11 November 2025 21:13 | daerah

Perdagangan Vape Longgar, Pengawasan Pemerintah Dipertanyakan

Di wilayah Cileungsi, tepatnya sepanjang Jalan Raya Cileungsi-Jonggol, penjualan rokok elektrik atau vape kian marak tanpa kendali. Observasi lapangan mengungkap kios-kios yang menawarkan perangkat vape dan cairan nikotin ilegal, tanpa izin edar maupun label kesehatan resmi. Mayoritas konsumen adalah remaja usia belasan, dengan transaksi yang sibuk dari subuh hingga malam, dikelilingi aroma buah sintetis dan keramaian anak muda. Kepala Seksi Pengawasan Dinas Perdagangan setempat, Aditya Firmansyah, mengakui pengawasan lemah karena petugas terbatas dan razia jarang, sehingga sanksi tak menakutkan. Pedagang bernama Harlan mengatakan vape jadi barang laris, meski cairannya tak berlabel BPOM. Ahli kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Cileungsi, dr. Lestari Nirmala, menyoroti bahaya kecanduan nikotin pada generasi muda akibat strategi pemasaran yang memikat. Situasi ini mendesak pemerintah untuk intensifkan razia, wajibkan kepatuhan pedagang, dan galakkan edukasi publik guna cegah lonjakan masalah kesehatan di masa depan.

11 November 2025 18:24 | kesehatan

“Pedagang Kaki Lima Kentang, Cimol, dan Jamur Crispy Jadi Incaran Mahasiswa di Sore Hari

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas reportase lapangan untuk mata kuliah Pengantar Jurnalistik ini dengan baik. Melalui tugas ini, saya berkesempatan melakukan liputan langsung di lapangan dan menulis berita bertema Travel & Kuliner dengan fokus pada pedagang kaki lima yang menjual kentang, cimol, dan jamur crispy di area Kampus Universitas Pancasila. Liputan ini memberikan pengalaman berharga dalam memahami proses kerja jurnalistik, mulai dari observasi, wawancara, hingga penyusunan berita sesuai kaidah 5W+1H. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, Dr. Gede Moenanto Soekowati, S.I.Kom., M.I.Kom., serta kepada para narasumber, yaitu Bapak Ari dan Adhan, yang telah memberikan waktu dan informasi untuk kelengkapan liputan ini.

11 November 2025 16:50 | terkini