X

TERKINI Aktivitas Jual Beli di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur

11 November 2025 16:00 | Oleh Tim DKYLB 01

Jakarta Timur, 08 November 2025 Fajar baru saja menyingsing di kawasan Prumnas Klender ketika kesibukan mulai tampak di sepanjang jalan menuju pasar. Deretan pedagang sudah menata lapaknya sejak pukul empat pagi, sementara aroma khas campuran sayur, ikan, dan bumbu dapur mulai menyeruak dari setiap sudut.

Pasar Prumnas Klender yang berada di jantung permukiman padat ini menjadi saksi aktivitas ekonomi rakyat kecil yang terus bergerak, meski di tengah tantangan zaman dan naik-turunnya harga bahan pokok.
Suasana pagi itu tampak ramai, tapi tertib.

Pembeli datang silih berganti, sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang membawa tas belanja kain, beberapa lainnya datang bersama anak-anak atau suami yang membantu mengangkat belanjaan. Sesekali terdengar suara pedagang memanggil pelanggan tetapnya, menciptakan keakraban yang menjadi ciri khas pasar tradisional.
Salah satu pedagang sayur, Ibu Sri (47 tahun), sudah menempati lapak yang sama selama lebih dari sepuluh tahun. Ia mengaku bahwa berjualan di Pasar Prumnas Klender bukan hanya soal mencari rezeki, tetapi juga bagian dari kehidupan sosial yang ia nikmati setiap hari.

“Saya udah di sini dari tahun 2012, Mbak. Dari dulu pasar ini nggak pernah sepi. Pembeli banyak yang udah langganan, jadi rasanya kayak keluarga sendiri. Kalau nggak ke pasar sehari aja, rasanya kangen suasananya,” ujar Ibu Sri sambil menata sayur bayam dan kangkung di lapaknya yang sederhana namun rapi.

Ia juga menjelaskan bahwa harga bahan pokok akhir-akhir ini relatif stabil, meski ada sedikit kenaikan pada cabai dan bawang.

“Cabe merah besar sekarang sekitar enam puluh lima ribu per kilo, bawang merah empat puluh lima ribu, bawang putih empat puluh ribu. Naik sedikit sih, tapi masih bisa ditoleransi. Pembeli juga udah biasa, asal barangnya bagus dan segar pasti tetap beli,” tambahnya.

Selain Ibu Sri, pedagang ayam potong bernama Pak Jaya (52 tahun) juga menceritakan hal serupa. Menurutnya, pasar tradisional tetap bertahan karena interaksi langsung antara pedagang dan pembeli yang tidak bisa digantikan oleh platform daring.

“Sekarang kan banyak orang jualan online, tapi beda rasanya kalau di pasar. Di sini orang bisa lihat langsung, pilih ayamnya, dan tahu kualitasnya. Kadang malah sambil ngobrol. Itu yang bikin pasar tradisional nggak pernah mati,” ujar Pak Jaya sambil menimbang ayam pesanan pelanggan.

Dari sisi pembeli, Ibu Tuti (39 tahun) yang ditemui di lorong tengah pasar mengaku tetap setia berbelanja di Pasar Prumnas Klender meski harus berdesakan setiap akhir pekan.

“Saya lebih suka ke pasar daripada ke supermarket. Di sini bisa tawar-menawar, terus sayur dan ikan juga lebih segar. Kalau di toko modern, harganya pasti lebih mahal dan nggak bisa nawar. Lagipula di pasar ini banyak kenalan, jadi belanja jadi lebih menyenangkan,” jelasnya sambil tertawa kecil.

Sementara itu, seorang pembeli pria bernama Bapak Rudi (45 tahun) yang rutin berbelanja untuk kebutuhan keluarganya menilai bahwa keberadaan pasar tradisional seperti Pasar Prumnas Klender punya peran penting dalam menjaga kestabilan ekonomi warga sekitar.

“Saya tinggal di Prumnas Klender dari kecil, dan pasar ini udah kayak pusat kehidupan warga. Dari pagi sampai siang, selalu ramai. Pedagangnya juga ramah, jadi suasananya hangat. Kalau ada yang jualan baru, biasanya langsung disambut baik sama pedagang lain,” ungkapnya.

Dari hasil pengamatan, fasilitas di Pasar Prumnas Klender tergolong cukup lengkap untuk ukuran pasar tradisional. Terdapat area khusus sayur, daging, ikan, serta kebutuhan rumah tangga lain seperti pakaian, alat dapur, dan sembako. Di beberapa sudut juga tampak petugas kebersihan yang rutin mengangkut sampah untuk menjaga area tetap bersih. Meski jalanan pasar agak sempit saat jam ramai, suasananya tetap kondusif dan aman.

Pasar Prumnas Klender bukan sekadar tempat bertransaksi ekonomi, melainkan juga ruang sosial tempat warga berinteraksi, berbagi cerita, dan memperkuat rasa kebersamaan. Di tengah modernisasi dan gempuran belanja daring, pasar ini tetap menjadi simbol ekonomi kerakyatan yang hidup tempat di mana harga, kualitas, dan kehangatan manusia berpadu menjadi satu kesatuan yang tak tergantikan.
 
Penulis: ( Elsa Adinda Putri )
Narasumber 1 (Penjual): Ibu Sri
Narasumber 2 (Penjual): Pak Jaya
Narasumber 3 (Pembeli): Ibu Tuti
Narasumber 4 (Pembeli): Bapak Rudi


Siswa SMPN di Tangsel Korban Bullying Meninggal Dunia

MH (13), siswa kelas I SMPN 19 Tangerang Selatan yang diduga menjadi korban perundungan Oktober lalu, meninggal dunia di ruang ICU RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Minggu (16/11/2025) pagi Informasi meninggalnya MH dibenarkan oleh Lembaga Bantuan Hukum Korban yang mendampingi keluarga.

16 November 2025 19:45 | terkini

Media Sosial Dongkrak Penjualan V.Speedshop, UMKM Lokal Ini Raup Pelanggan hingga Luar Pulau

Artikel ini mengangkat kisah inspiratif Upi, pemilik V.Speedshop, yang sukses memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan usahanya di bidang penjualan baut titanium motor. Melalui platform seperti Instagram dan TikTok, Upi mampu menarik perhatian pelanggan dari berbagai daerah, bahkan hingga luar pulau. Dengan strategi konten sederhana menampilkan detail produk, video pemasangan, dan interaksi aktif dengan pengikut penjualannya meningkat pesat. Media sosial menjadi “etalase utama” bagi usahanya, menggantikan promosi konvensional yang kini kurang efektif. Kesuksesan ini juga berdampak positif terhadap kesejahteraan keluarganya dan menginspirasi masyarakat sekitar. Upi berharap pemerintah dapat memberikan pelatihan dan dukungan bagi pelaku UMKM agar lebih siap bersaing di era digital.

11 November 2025 22:30 | dunia-kerja