
TERKINI Pahlawan Sampah: Perempuan yang Mengubah Limbah Jadi Berkah
Surabaya, Jawa Timur – Di sebuah sudut kota Surabaya, tepatnya di kampung Gundih, terdapat sosok inspiratif bernama Siti Aminah (42). Dengan tangan cekatan dan semangat yang luar biasa, ia telah mengubah kampung kumuh yang dulu penuh sampah menjadi kawasan hijau yang dikenal sebagai "Kampung Proklim".
Perubahan besar ini dimulai pada tahun 2015, ketika Siti Aminah merasa prihatin melihat lingkungannya dipenuhi limbah rumah tangga yang mencemari sungai. Ia memutuskan untuk mengambil tindakan. "Awalnya saya hanya ingin membersihkan lingkungan. Tapi saya sadar, kalau hanya membersihkan tanpa mengubah kebiasaan, masalah ini tidak akan selesai," ujar Aminah.
Bermodal pelatihan singkat dari dinas lingkungan hidup, ia belajar tentang pengolahan sampah organik dan anorganik. Dengan penuh semangat, ia mulai mengajak para tetangga untuk memilah sampah dari rumah masing-masing. Awalnya, banyak yang menolak karena menganggap hal itu merepotkan. Namun, Aminah tidak menyerah.
Kini, setelah tujuh tahun berjalan, Kampung Gundih berubah drastis. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik seperti plastik dijadikan bahan kerajinan tangan. Hasil penjualan kerajinan dan kompos digunakan untuk membiayai kegiatan warga, termasuk program pendidikan untuk anak-anak.
"Kami sekarang tidak lagi menganggap sampah sebagai masalah, tapi sebagai sumber penghasilan. Selain itu, lingkungan jadi bersih dan sehat," kata Andi, salah satu warga yang kini aktif dalam kelompok pengelolaan sampah.
Berkat inisiatifnya, Aminah menerima penghargaan Kalpataru pada 2021 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun, baginya penghargaan bukanlah tujuan utama. "Yang penting adalah bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan alam tanpa merusaknya," ujarnya.
Kampung Proklim kini sering menjadi tujuan studi banding dari berbagai daerah yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah berbasis masyarakat. "Harapan saya, ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kalau satu kampung bisa berubah, kenapa yang lain tidak?" tutup Aminah dengan senyum penuh harapan.
(Syahna Aqila Az Zahra)