TERKINI Partisipasi Indonesia dalam Pertemuan G20 Kebudayaan di Durban untuk Meneguhkan Solidaritas, Kesetaraan, dan Keberlanjutan Melalui Kebudayaan
DKYLB.com, Durban, Afrika Selatan, Kamis (30/10/2025) — Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia berpartisipasi aktif dalam rangkaian G20 4th Cultural Working Group Meeting dan G20 Culture Ministers Meeting yang berlangsung pada 28–30 Oktober 2025 di Zimbali Resort, Durban, KwaZulu-Natal, Afrika Selatan.
Pertemuan ini diikuti 17 negara anggota G20 dan dua organisasi regional, delapan negara undangan, dan delapan Organisasi Internasional dengan mengusung tema presidensi Afrika Selatan tahun ini: “Solidarity, Equality, and Sustainability.”
Delegasi Republik Indonesia dipimpin Menteri Kebudayaan yang turut berkontribusi aktif dalam perumusan dan pengesahan KwaDukuza Ministerial Declaration, hasil akhir yang menjadi rujukan bersama para Menteri Kebudayaan G20 dalam memperkuat peran kebudayaan sebagai pilar pembangunan berkelanjutan dan solidaritas global.
Deklarasi KwaDukuza menegaskan kembali komitmen negara-negara G20 untuk memajukan peran kebudayaan dalam memperkuat solidaritas, dialog inklusif, dan kerja sama antarbangsa.
Dokumen ini menetapkan empat prioritas utama, yaitu pelindungan dan restitusi warisan budaya, integrasi kebijakan kebudayaan dalam strategi sosial-ekonomi nasional, pemanfaatan teknologi digital dan kecerdasan buatan untuk keberlanjutan budaya, serta penguatan peran kebudayaan dalam menghadapi perubahan iklim.
Dalam deklarasi ini, para Menteri sepakat pentingnya kerja sama internasional untuk menghentikan perdagangan gelap benda budaya, memperkuat penegakan hukum, serta mendorong dialog terbuka terkait pengembalian dan restitusi benda budaya kepada negara asalnya.
Deklarasi juga menekankan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat dan komunitas lokal.
Selain itu, deklarasi menyoroti pentingnya integrasi kebijakan kebudayaan dengan strategi pembangunan nasional untuk memastikan sektor budaya dan ekonomi kreatif berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang inklusif, penciptaan lapangan kerja layak, dan penguatan kohesi sosial.
Negara-negara G20 juga menegaskan perlunya tata kelola kecerdasan buatan yang transparan, adil, dan beretika, dengan menjamin perlindungan hak cipta serta hak moral dan ekonomi para pencipta.
Kebudayaan juga diakui memiliki peran penting dalam menghadapi perubahan iklim, dengan menempatkan pengetahuan lokal dan praktik tradisional sebagai sumber solusi berkelanjutan yang perlu diintegrasikan dalam kebijakan global.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon menghadiri rangkaian G20 Culture Ministers Meeting pada tanggal 29–30 Oktober 2025, yang menjadi puncak dari rangkaian kegiatan G20 Kebudayaan tahun ini.
Dalam kesempatan tersebut, Fadli Zon menegaskan bahwa pelindungan dan pemajuan kebudayaan bukan hanya urusan masa lalu, melainkan investasi bagi masa depan. Indonesia percaya bahwa kebudayaan adalah fondasi bagi solidaritas, kesetaraan, dan keberlanjutan global.
Fadli Zon juga menyoroti pentingnya penghentian perdagangan gelap benda budaya melalui kerja sama internasional dan pemanfaatan teknologi digital untuk pelacakan asal-usul benda budaya, serta perlunya integrasi kebijakan kebudayaan dengan strategi sosial-ekonomi nasional agar sektor budaya dan ekonomikreatif dapat menjadi motor pertumbuhan yang inklusif.
Fadli Zon menambahkan bahwa transformasi digital dan kecerdasan buatan harus dikelola secara etis dan transparan agar tidak mengancam hak para pencipta, serta bahwa kebudayaan berperan penting dalam menghadapi perubahan iklim melalui pengakuan terhadap kearifan lokal dan praktik tradisional sebagai sumber solusi berkelanjutan.
Di sela kegiatan G20, Fadli Zon juga melakukan pertemuan dengan Menteri Olahraga, Seni, dan Kebudayaan Republik Afrika Selatan, H.E. Mr. Gayton McKenzie, yang menyampaikan dukungan penuh terhadap rencana pembangunan Rumah Budaya Indonesia di Cape Town.
Inisiatif ini menjadi simbol nyata persahabatan antara Indonesia dan Afrika Selatan, serta bentuk penghormatan terhadap warisan besar ulama asal Sulawesi Selatan, Syekh Yusuf al-Makassari, yang diasingkan ke Cape Town pada abad ke-17.
Syekh Yusuf bukan hanya tokoh penting dalam sejarah Indonesia, tetapi juga simbol perjuangan melawan kolonialisme yang memiliki makna mendalam bagi bangsa Afrika Selatan dalam konteks perjuangan kebebasan dan identitas.
Kehadiran Rumah Budaya Indonesia di Cape Town diharapkan menjadi wadah untuk memperkuat pemahaman lintas budaya, menghubungkan kedua negara melalui akarsejarah bersama, serta membuka ruang kolaborasi budaya yang lebih erat di masa mendatang.
Melalui partisipasi aktif dalam G20 Kebudayaan 2025, Indonesia menegaskan kembali komitmennya bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan fondasi bagi solidaritas global, inklusi sosial, dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan semangat kerja sama dan persahabatan antarbangsa, Indonesia siap membawa nilai-nilai budaya sebagai kekuatan pemersatu menuju masa depan yang berkeadilan dan berkelanjutan.

