
TERKINI Gestur Politik atau Ketulusan? Gibran Antar Titiek Soeharto ke Mobil Meski Ditolak
Sleman, Kompas.com – Dalam kunjungan kerja ke Yogyakarta, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menunjukkan gestur yang mengundang perhatian publik: menolak diantar ke mobil oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto), dan justru memilih mengantarnya terlebih dahulu. Momen kecil ini terjadi usai keduanya berziarah ke makam KH M Mufid Mas’ud, pendiri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Selasa (8/7/2025).
Peristiwa ini bukan hanya soal kesantunan, tapi juga menyiratkan dinamika relasi antara dua tokoh politik lintas generasi yang dalam beberapa waktu terakhir kerap tampil dalam forum yang sama.
Momen Simbolik: Penolakan yang Dibalas Kebaikan
Usai berziarah, rombongan Gibran dan Titiek berjalan kaki dari area makam menuju tempat parkir. Titiek kemudian menyampaikan bahwa dirinya akan langsung melanjutkan perjalanan ke Solo. Sementara Wapres Gibran dijadwalkan menghadiri sejumlah agenda lanjutan di Yogyakarta.
Namun ketika Titiek hendak mengantar Gibran ke mobil dinasnya—sebuah bentuk penghormatan terhadap jabatan wakil presiden—Gibran dengan cepat menolak.
“Oh ndak, ndak. Aku antar Ibu dulu ya,” ujar Gibran, yang langsung berbalik arah menuju mobil Titiek.
Meski sempat menolak dengan sopan, Titiek akhirnya mengalah, mengikuti langkah Wapres Gibran yang sudah terlanjur lebih dulu menuju mobil Alphard putih miliknya. Setelah masuk ke dalam mobil, Titiek membuka jendela dan mengatupkan tangan sambil mengucapkan salam, “Assalamualaikum.”
Gibran membalas salam tersebut dengan gestur serupa, mengatupkan tangan dan menunduk hormat. Sebuah interaksi singkat yang sarat makna.
Lebih dari Sekadar Etika
Gestur Wapres Gibran ini menjadi sorotan karena dinilai melampaui protokol formal. Sebagai wakil presiden, Gibran bisa saja menerima penghormatan dari siapa pun, termasuk dari seorang legislator senior seperti Titiek Soeharto. Namun, ia justru membalikkan logika hierarki itu dengan menunjukkan penghormatan terlebih dahulu kepada rekannya dari legislatif.
Bagi sebagian pengamat, ini bukan hanya etika personal, melainkan juga pesan politik: bahwa kolaborasi eksekutif-legislatif dapat dibangun lewat saling menghormati, bukan sekadar melalui forum resmi.
Kebersamaan Seharian Penuh, Satu Pesawat dan Satu Kendaraan
Kedekatan ini tak hanya terlihat dalam satu momen kecil. Sejak Selasa pagi, Gibran dan Titiek diketahui mengikuti empat agenda bersama di Sleman. Tak hanya satu kendaraan saat blusukan, keduanya bahkan menumpang pesawat yang sama dari Jakarta, menunjukkan tingkat koordinasi dan komunikasi yang tidak biasa di antara anggota eksekutif dan legislatif.
Dalam wawancara singkatnya dengan Kompas.com, Titiek mengungkapkan kegembiraannya bisa menjalani hari itu bersama Wapres Gibran.
“Alhamdulillah hari ini senang sekali saya bisa jalan dengan Mas Wapres ini,” ujar politikus Partai Gerindra itu, yang merupakan anggota DPR RI dari Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ia juga menyebut kegiatan bersama ini sebagai simbol dari sinergi antarlembaga negara yang perlu terus diperkuat.
“Saya harap komunikasi ke depan akan lebih intens lagi,” tambahnya.