
TERKINI Serangan Israel ke Gaza dan Dinamika Politik Internasional
DKYLB.com, Jakarta – Dunia kembali dikejutkan oleh laporan serangan udara Israel yang menghantam sebuah kafe di Gaza pada saat seorang anak tengah merayakan ulang tahunnya. Sedikitnya 39 orang dilaporkan tewas dalam kejadian tersebut. Kafe itu, menurut laporan, merupakan tempat warga mencari jaringan internet karena kerusakan infrastruktur.
Serangan ini menambah daftar panjang korban sipil di tengah konflik Israel-Palestina yang terus memburuk. Gambar-gambar memilukan yang beredar menunjukkan puing bangunan dan tubuh korban yang tergeletak tanpa nyawa, menyulut kemarahan dan solidaritas global.
Trump dan Netanyahu Bahas Gencatan Senjata
Di tengah meningkatnya eskalasi, mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dikabarkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk membahas kemungkinan gencatan senjata. Pertemuan ini dijadwalkan berlangsung awal pekan depan, di tengah tekanan internasional terhadap Israel untuk menghentikan serangan ke wilayah sipil.
Trump menyebut bahwa stabilitas Timur Tengah hanya bisa dicapai jika ada “penghentian kekerasan dari kedua belah pihak”, meskipun ia tidak secara eksplisit mengkritik tindakan militer Israel. Pertemuan ini dipandang sebagai momen penting dalam diplomasi internasional yang bisa memengaruhi arah konflik ke depan.
Korban Sipil Terus Bertambah, Iran Turut Bereaksi
Iran mengonfirmasi bahwa sebanyak 935 orang telah tewas akibat serangan militer Israel dalam beberapa pekan terakhir. Pemerintah Iran menyebut serangan itu sebagai “pembantaian” dan menyerukan solidaritas dunia Islam. Protes besar-besaran juga terjadi di berbagai negara, mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil tindakan.
Sementara itu, Israel berdalih bahwa serangan dilakukan sebagai tanggapan atas serangan roket dari Hamas. Namun, laporan media internasional menunjukkan bahwa sebagian besar korban justru adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Kemanusiaan di Ujung Tanduk
Konflik Gaza-Israel bukan sekadar perang dua kubu, melainkan tragedi kemanusiaan yang terus berulang. Ketika fasilitas kesehatan kolaps, listrik padam, dan air bersih langka, warga sipil menjadi korban utama dari tarik ulur kepentingan politik dan militer.
Dunia internasional dihadapkan pada pertanyaan moral sampai kapan tragedi seperti ini dibiarkan? Apakah hak hidup dan martabat manusia hanya berlaku pada sebagian wilayah? Saat para pemimpin berdiplomasi, rakyat Gaza menghadapi kenyataan bahwa setiap hari bisa menjadi hari terakhir mereka.