X

OTOMOTIF Di Balik Klaim Investasi Sosial: Menelisik Beban Finansial dan Transparansi Proyek Kereta Cepat Whoosh

28 Oktober 2025 17:35 | Oleh Tim DKYLB 01

JAKARTA – Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB), yang kini beroperasi sebagai Whoosh, terus menjadi sorotan tajam publik, terutama setelah laporan keuangan menunjukkan kerugian yang signifikan di tengah klaimnya sebagai "investasi sosial jangka panjang". Beban utang proyek ini mencapai angka fantastis sekitar Rp116 triliun atau setara 7,2 miliar dollar AS, yang mendorong tuntutan transparansi yang lebih mendalam serta desakan untuk reformasi tata kelola proyek nasional.

Beban Utang dan Kerugian Fantastis Menghantui BUMN

Laporan keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) pada tahun 2024 mencatat kerugian hingga Rp2,6 triliun. Kerugian ini sebagian besar timbul akibat beban depresiasi, amortisasi, dan bunga pinjaman yang wajib dibayarkan kepada China Development Bank (CDB). Hingga saat ini, utang KCIC kepada CDB diperkirakan mencapai USD 4,55 miliar, setara dengan Rp75 triliun.

Beban finansial ini secara langsung membebani PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, yang merupakan pemimpin konsorsium BUMN Indonesia, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, mengakui secara tegas bahwa utang kereta cepat ini menjadi “bom waktu” bagi perseroan. PSBI, sebagai pemegang saham mayoritas KCIC, mencatat kerugian Rp4,195 triliun sepanjang 2024 dan kerugian tambahan Rp1,625 triliun pada semester I-2025 (unaudited). Komposisi kepemilikan saham PSBI sendiri terdiri dari KAI (58,53%), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (33,36%), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (7,08%), dan PTPN VIII (1,03%).

Dugaan Mark-up dan Desakan Audit Forensik

Kritik tajam diarahkan pada pembengkakan biaya (cost overrun) dan dugaan kurangnya transparansi kontrak. Biaya proyek awal yang sebesar USD 5,5 miliar dari China, kemudian naik menjadi USD 6,07 miliar, dan terus membengkak sebesar USD 1,2 miliar, menjadikan total anggaran proyek menembus USD 7,27 miliar.

Mantan Menko Polhukam Mahfud MD menyoroti minimnya transparansi dalam kontrak pengadaan antara Indonesia dan China, bahkan anggota DPR diklaim tidak mengetahui detail isi kontrak tersebut. Ekonom Anthony Budiawan menilai proyek ini telah menimbulkan kerugian nyata terhadap keuangan negara, bukan hanya potensi kerugian. Anthony menyoroti tiga indikator yang patut dipertanyakan, termasuk biaya pembangunan KCJB yang dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan proyek sejenis di negara lain.

Anthony membandingkan total biaya proyek versi China, termasuk bunga pinjaman selama 50 tahun masa konsesi, yang mencapai USD 10,85 miliar. Angka ini selisih sekitar USD 4,51 miliar (setara Rp73,5 triliun) atau 71 persen lebih mahal dibandingkan total biaya yang ditawarkan Jepang (USD 6,34 miliar). Perbandingan suku bunga juga menajamkan polemik; pinjaman dari China dikenakan bunga 2 persen untuk proyek awal dan 3,4 persen untuk cost overrun, jauh di atas tawaran Jepang yang sempat hanya 0,1 persen per tahun.

Anggota Komisi XI DPR RI, Harris Turino, mendesak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk segera melakukan audit forensik independen terhadap seluruh proses tender, dokumen kontrak, model evaluasi finansial, dan komunikasi dengan pemberi pinjaman, karena penyimpulan adanya mark-up harus didahului oleh audit komprehensif. Kegagalan ini, menurut Radhar Tribaskoro, disebabkan oleh desain skema yang politis dan menyingkirkan prinsip dasar governance demi ambisi politik jangka pendek.

Menimbang Klaim 'Investasi Sosial'

Di tengah tekanan finansial, Whoosh diklaim sebagai “investasi sosial jangka panjang” yang tidak diukur dari laba finansial. Mantan Presiden Jokowi menyatakan keuntungan yang dikejar bersifat non-finansial, seperti pengurangan emisi karbon, peningkatan produktivitas masyarakat, polusi yang berkurang, dan waktu tempuh yang lebih cepat. Pernyataan ini menuai sindiran tajam dari Sosilog Perkotaan Nanyang Technological University, Profesor Sulfikar Amir.

Secara teknis, Kereta Cepat Jakarta–Bandung memang terbukti paling efisien energi (±27,5 kWh/km) dan rendah emisi karbon (0,45–0,48 kWh/penumpang-km) dibandingkan moda transportasi darat lainnya pada rute yang sama. Waktu tempuh yang hanya sekitar 40 menit juga merupakan keunggulan utama.

Namun, analisis kelayakan proyek (studi tahun 2018) menunjukkan realitas finansial yang rumit:

  1. Analisis Finansial Murni (Hanya Penjualan Tiket): Proyek dinyatakan layak dari segi NPV positif baru akan diperoleh pada tahun ke-38 (2057). Nilai Profitability Index (PI) adalah 0,79 (< 1), yang secara kriteria menunjukkan proyek tidak layak. Payback Period (PP) adalah 34,47 tahun.
  2. Analisis Ekonomi Murni (Manfaat Sosial): Proyek dinyatakan tidak layak karena Payback Period (PP) selama 33,76 tahun lebih lama dari tahun NPV positif (tahun ke-29). Manfaat ekonomi ini mencakup penghematan nilai waktu, biaya bahan bakar, biaya operasional kendaraan, pengurangan emisi, dan biaya kecelakaan.
  3. Analisis Gabungan (Ekonomi dan Finansial): Proyek dinyatakan sangat layak karena nilai Net Present Value (NPV) sudah positif sejak tahun pertama (2020), dengan Benefit/Cost Ratio (BCR) 1,56.

Terlepas dari potensi social benefit, temuan terbaru menunjukkan bahwa hanya 15–30% pengguna moda lama yang beralih ke Whoosh. Hambatan utama perpindahan ini adalah harga tiket yang relatif tinggi, lokasi stasiun yang kurang terintegrasi, dan keterbatasan moda lanjutan (last mile connectivity).

Opsi Penyelamatan dan Sikap Pemerintah

Untuk mengatasi utang jumbo Rp116 triliun ini, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) tengah mencari solusi jangka panjang, termasuk negosiasi restrukturisasi utang dengan China.

Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, menyiapkan dua opsi utama: menambah penyertaan modal (equity) atau menyerahkan infrastruktur KCIC kepada pemerintah (sebagaimana industri kereta api lainnya).

Meskipun KAI menanggung beban utang yang besar, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Suminto menegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak memiliki kewajiban untuk menanggung utang Whoosh karena proyek ini dijalankan melalui skema business to business (B2B). Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa juga menegaskan bahwa Danantara memiliki kapasitas untuk menambal utang tahunan KCIC yang ditaksir Rp2 triliun, melalui dividen BUMN. Purbaya menyatakan, selama struktur pembayarannya jelas dan transparan, pihak pemberi pinjaman (CDB) tidak akan mempermasalahkannya.


“reset indonesia’” ramai menjadi perbincangan di media sosial, ada apakah?

Gerakan Reset Indonesia mencuat di media sosial sebagai bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak adil dan kurang transparan. Melalui tagar #ResetIndonesia, gerakan ini menyerukan perlunya perubahan mendasar dalam sistem politik, ekonomi, dan hukum agar lebih berpihak kepada rakyat. Fenomena ini menjadi simbol meningkatnya kesadaran publik serta kekuatan suara masyarakat di era digital.

28 Oktober 2025 20:40 | Jurnalistik Forensik

Kasus Ustaz Cabul di Bekasi: Pelecehan Dimulai Sejak 2013

Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang ustaz di Bekasi, Jawa Barat, menggemparkan publik. Pria berinisial M (47) itu ditangkap polisi setelah terbukti memperkosa anak angkat dan keponakannya sendiri secara berulang sejak tahun 2013. Ironisnya, pelaku selama ini dikenal sebagai tokoh agama di lingkungannya.

28 Oktober 2025 20:25 | terkini

Mikroplastik Turun dari Langit: Studi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Soroti Risiko Lingkungan Jakarta

Hasil riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik dengan tingkat kontaminasi tertinggi di Indonesia. Temuan ini menunjukkan bahwa polusi udara dan limbah plastik kini tidak hanya mencemari darat dan laut, tetapi juga turun bersama hujan. Para peneliti memperingatkan potensi dampak jangka panjang terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, karena partikel mikroplastik dapat terhirup, masuk ke saluran pernapasan, hingga berpotensi masuk ke aliran darah. Temuan ini sekaligus menjadi peringatan bahwa krisis plastik telah mencapai level atmosfer, menuntut langkah serius dalam pengendalian sampah dan emisi perkotaan.

28 Oktober 2025 20:08 | kesehatan

SPBU Tuban Jadi Sorotan Usai Motor mogok setelah isi BBM

Puluhan sepeda motor di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mendadak mogok setelah mengisi BBM jenis Pertalite di sejumlah SPBU pada Selasa (28/10/2025). Peristiwa ini membuat warga resah dan menimbulkan antrean panjang di bengkel-bengkel setempat. Dugaan sementara menyebutkan adanya kandungan air atau campuran tidak murni dalam bahan bakar tersebut.

28 Oktober 2025 19:47 | terkini

Bahlil Lahadalia Laporkan Pembuat dan Penyebar Meme ke Polisi

Kasus laporan yang diajukan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia terhadap pembuat dan penyebar meme di media sosial menuai perhatian publik. Tindakan ini memunculkan perdebatan antara perlindungan nama baik pejabat publik dan kebebasan berekspresi warga di dunia digital.

28 Oktober 2025 19:40 | terkini

Kasus Nikita Mirzani: Ketika Popularitas Tak Selalu Menyelamatkan di Meja Hukum

Kasus hukum yang menjerat artis Nikita Mirzani kembali menjadi perhatian publik setelah majelis hakim Pengadilan Negeri Serang menjatuhkan vonis empat tahun penjara dan denda Rp1 miliar atas dugaan pemerasan terhadap Dito Mahendra. Di balik sorotan popularitasnya, kasus ini menunjukkan bahwa ketenaran tidak selalu mampu melindungi seseorang dari jerat hukum.

28 Oktober 2025 19:25 | terkini