METROPOLITAN Perpustakaan di TIM Cikini, Sebagai Simbol Literasi Masyarakat Urban di Jakarta
DKYLB.com, Senin (10/11/2025) - Di
tengah padatnya aktivitas kota Jakarta, Perpustakaan Cikini di kawasan Taman
Ismail Marzuki (TIM) berdiri sejak tahun 1962, menjadi salah satu ruang publik
yang modern dan nyaman. Seiring berjalan waktu perpustakaan ini selalu ramai
pengunjung dan kini bukan sekadar tempat membaca, tapi juga ruang publik bagi
warga kota tempat mahasiswa mengerjakan tugas, anak-anak bermain sambil
belajar, hingga keluarga menghabiskan akhir pekan dengan tenang. Selain itu
perpustakaan ini gratis biaya masuk untuk berkunjung disana.
Bagi mahasiswa, keberadaan perpustakaan ini menjadi alternatif belajar yang ekonomis dan produktif. Sisi - mahasiswa yang rutin datang ke perpustakaan menilai perpus taman ismail Marzuki di cikini ini tempat nya sangat nyaman. “Aku sering ke sini tiga kali sebulan. Tempatnya nyaman banget buat ngerjain tugas atau diskusi bareng teman,” jelasnya Sabtu (9/11/2025).
Menurutnya, perpustakaan menawarkan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh kafe.
“Kalau di caffe kan ada yang harus dikeluarkan ya, entah kita harus belanja
menu menu nya, kan kalau disini kita udah tersediakan tempat kan, terus juga
memenuhi ada colokan dan lain sebagainya bahkan ada wifi” ujarnya. Ia juga
berharap jam operasional buka bisa
diperpanjang agar lebih fleksibel bagi mahasiswa.
Kemudian salah satu petugas,
mengaku senang melihat banyaknya masyarakat yang mulai kembali ke perpustakaan.
Menurut Syifa (28) salah satu petugas perpustakaan, biasanya ramai
setiap hari, terutama saat weekend “Kalau misalnya di hari weekdays itu
pastinya rame tapi yang nggak terlalu membeludak kayak weekend, kalau di
weekend tuh keseringan kayak rame banget terus peminjaman di loket kita juga
penuh terus kan jadi harus bergantian untuk yang masuk ke dalam,” ujarnya.
Sabtu (9/11/2025).
Pengunjung terbanyak berasal dari
kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun, di lantai tertentu juga kerap dikunjungi
keluarga pada akhir pekan. Syifa menganggap keberadaan perpustakaan ini sangat
penting bagi masyarakat. “Kalau menurut saya bagus, maksudnya ada tempat dimana bisa untuk kumpul
keluarga bukan cuman kayak bermain tapi ada edukasi belajar baca buku, dan
perpus juga ngadain acara-acara untuk anak, Mahasiswa juga,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa jumlah
pengunjung meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. “Kalau dulu weekend
paling sekitar 800 orang, sekarang bisa sampai 1000, bahkan 3000 orang saat weekend”
tambahnya.
Di akhir wawancara, Syifa
berharap perpustakaan ini bisa terus berkembang. “Semoga perpustakaan bisa
selalu ngasih yang terbaik untuk masyarakat, bisa berdampak positif terus untuk
segala kegiatan acara, atau apapun yang ada disini kalau misalnya ada
kekurangan mungkin bisa up ke kita biar kita bisa lebih baik lagi kedepan nya”
Dengan meningkatnya jumlah pengunjung dan ragam kegiatan, Perpustakaan Cikini menunjukkan perannya sebagai ruang publik yang hidup di tengah kota besar. Tempat ini menjadi bukti bahwa masyarakat urban masih membutuhkan ruang tenang untuk belajar, berdiskusi, dan berinteraksi di tengah kesibukan ibu kota.

