TERKINI Seduhan Asa di Balik Roda Armada Kopi Sejagad: Menggugah Semangat di Tengah Jalanan Kota
Siang itu, di sudut jalan yang ramai oleh deru kendaraan, tak menghalangi langkah para penikmat kopi untuk berhenti di depan gerobak armada Kopi Sejagad. Di sanalah percakapan ringan dan tawa pelanggan berpadu dengan aroma kopi yang baru diseduh. Pedagang armada Kopi Sejagad relevan dengan isu sosial dan publik di wilayah ini, karena menjadi tempat berkumpulnya masyarakat, berbincang, dan membentuk identitas lingkungan kota.
Menurut penelitian, keberadaan warung kopi di Indonesia mendorong interaksi dalam ruang publik, seperti tercantum pada artikel repository.uwp.ac.id. Lebih lanjut, pejabat keamanan kota menegaskan bahwa pedagang kopi keliling memiliki potensi besar dalam menjaga tatanan keamanan dan sosial di perkotaan. Irjen Pol. Asep Edi Suheri, Kapolda Metro Jaya, menyebut bahwa para pedagang ini bukan sekadar penjual kopi, melainkan “mata dan telinga” aparat kepolisian di lapangan. Dengan demikian, kehadiran armada Kopi Sejagad dapat dipahami sebagai persimpangan antara usaha mikro, penataan ruang publik, dan fungsi sosial yang lebih luas: menyediakan alternatif ekonomi, mempererat interaksi warga, dan meningkatkan kehadiran informal dalam keamanan berbasis masyarakat, seperti diberitakan Antara News.
Berdasarkan observasi di lapangan, saya mengumpulkan data visual dan kontekstual dengan melakukan wawancara terhadap pedagang armada Kopi Sejagad yang berlokasi di depan Universitas Pancasila, Jagakarsa. Aktivitas masyarakat sekitar terlihat ramai, mendukung keberadaan gerobak ini sebagai usaha warung kopi keliling. Pelanggan, bernama Achfani, turut mendukung dan menikmati layanan Kopi Sejagad. Kondisi fisik pedagang, pembeli, hingga keadaan gerobak terlihat sehat, dan suasana kota yang hiruk pikuk tidak menghalangi operasional armada. Wawancara dilakukan pada hari Senin, 10 November 2025, pukul 11:11 WIB.
a. Wawancara Pedagang Kopi Sejagad
Apa menu andalan? “Di sini ada tahu pedas, kalau untuk minuman kopi dan teh-nya pada haus.”
Siapa pemilik dan cerita unik usaha ini? “Awalnya perusahaan kecil, kemudian menjadi PT Start Up. Cabangnya baru beberapa saja; untuk outlet sedang dalam proses, armada ada di Klender, Jagakarsa, Rawamangun, dan Bekasi.”
Kapan berdiri? “Di Bekasi sejak awal 2024, Jagakarsa baru 6 bulan.”
Mengapa digemari? “Karena kopinya unik; saat kopi lain manis, Kopi Sejagad mem-branding kopi yang pahit.”
Bagaimana proses pembuatannya? “Takaran awal: Arabica 10%, Robusta 20%, sehingga kopi agak asam sedikit.”
b. Wawancara Konsumen (Achfani, mahasiswa Universitas Pancasila)
Apa yang dipesan? “Kopi Sejagad aren latte.”
Dari mana tahu tempat ini? “Teman saya sering beli, lalu saya coba dan jadi langganan.”
Sejak kapan mengenal Kopi Sejagad? “Sekitar 4 bulan yang lalu.”
Mengapa memilih kopi ini? “Rasanya pas, manis arennya terasa, dan tidak terlalu strong untuk saya.”
Pendapat tentang rasa, harga, dan pelayanan? “Rasa sesuai harga, worth it, dan pelayanannya ramah.”
Konteks Kebijakan atau Dampak Sosial
Keberadaan Kopi Sejagad tidak hanya memenuhi kebutuhan ekonomi mikro, tetapi juga mendukung interaksi sosial dan keamanan berbasis masyarakat. Kehadiran armada keliling ini menegaskan pentingnya ruang publik informal sebagai sarana ekonomi dan interaksi warga, sekaligus membantu aparat keamanan dalam memantau lingkungan.
Armada Kopi Sejagad menghadirkan inovasi sederhana dengan dampak sosial luas. Di tengah hiruk-pikuk kota, gerobak ini menjadi titik pertemuan warga, wadah interaksi sosial, dan alternatif ekonomi mikro. Solusi yang dapat diterapkan untuk mendukung usaha serupa adalah pemberian akses perizinan yang lebih mudah bagi pedagang keliling dan penyediaan ruang publik yang aman. Narasumber pedagang menekankan pentingnya konsistensi kualitas dan keramahan pelayanan agar usaha tetap diterima masyarakat luas.
Keterangan Tambahan
Nama Reporter: Nayla Septarin Rahmadiena
Tanggal Liputan: Senin, 10 November 2025
Lokasi: Depan Universitas Pancasila, Jagakarsa, Jakarta

