
PEMILU DAN PILPRES Kampanye Minum Ciu untuk Memacu Kenekatan Massa Akhirnya Berujung Bentrokan di Boyolali Semakin Terang dengan Beredarnya Video Massa Menenggak Ciu
DKYLB.com, Ahad (7/1/2024) - Massa menenggak Ciu sebelum melakukan pawai dan iring-iringan pemabuk ke kampanye capres demikian mengejutkan.
Video yang beredar luas terkait massa yang pesta ciu memang mengejutkan di balik berita penganiayaan oleh sejumlah anggota TNI kepada massa kampanye pendukung capres.
Dari video yang beredar luas, massa lebih dulu menenggak minuman keras, ciu, sebelum melakukan aksi pawai.
Di hari H dilakukan prakondisi keributan dgn menyiapkan alkohol (ciu) bagi para pendukung Capres Ganjar Pranowo yang akan konvoi keliling kota untuk menyambut kedatangannya.
Mobil yang membawa logistik ciu itu diparkir di Gedung Mahesa, gedung serba guna milik Pemkab Boyolali.
Suasana tampak mencekam.
Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo unjuk kekuatan ke Kabupaten Boyolali yang merupakan kandang banteng, di mana pada pemilu sebelumnya, PDIP mampu memenangkan lebih dari 50% suara di sana.
Informasi tentang kedatangan Capres Ganjar Pranowo sudah beredar dan dilakukan persiapan-persiapan untuk penyambutannya, termasuk ritual khas massa salah satu parpol yaitu motor dengan knalpot brong dan pesta minuman keras (miras).
Faktanya membuktikan bahwa para pembuat keonaran yang mabok ciu dgn motor brong khas PDIP di balik kampanye Boyolali itu mendapatkan amplop.
Entah oleh siapa dan untuk tujuan apa.
Cukup aneh pengerahan massa untuk kampanye, tapi lebih dulu dicekoki dengan ciu yang telah disediakan dengan diangkut mobil.
Masalah tidak akan terjadi jika kampanye dilakukan dengan tertib.
Tapi, akibatnya terjadi benturan yang dimanfaatkan untuk framing jadi yang terzolimi.
Ternyata tanggapan masyarakat Boyolali justru memberikan dukungan kepada TNI.
Buktinya karangan bunga untuk mendukung TNI meluas hingga memenuhi kawasan markas TNI di Boyolali yang menjadi lokasi kericuhan tersebut.
Sejumlah pihak memang berupaya untuk membingkai kasus itu dikaitkan tuduhan TNI tidak netral dengan penganiayaan yang terjadi.
Meski faktanya, penganiayaan itu terjadi didului provokasi pihak yang membuat keributan di kawasan tersebut.
Pihak masyarakat Boyolali tidak bodoh atau mungkin sudah muak dengan cara kampanye yang arogan pemicu kerusuhan, sehingga dukungan terhadap TNI mengalir.
Mereka ingin damai dan ketenangan, bukan provokasi kerusuhan.
Banjir karangan bunga menjelaskan masyarakat sudah muak dengan kampanye dan provokasi yang dilakukan sebagian pihak.
Bahkan sejumlah keterangan dari Tim Kampanye Nasional (TKN) seperti di antaranya disampaikan Andika Perkasa dan Todung Mulya Lubis dianggap tidak sesuai fakta dan cenderung memperkeruh suasana.
Bahkan keterangan TKN sama sekali mengabaikan fakta peristiwa mabuk-mabukan yanb terjadi yang memicu kerusuhan tersebut.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak memberikan penjelasan di Acara Rosiana Silalahi di Kompas TV.
Ditanya mengapa relawan Ganjar tersebut sampai dipukuli, Maruli mengaku, bahwa itu akibat emosi sesaat.
Hal itu dipicu lantaran suara bising knalpot brong yang lalu lalang hingga delapan kali mengitari markas.
“Ya itu kan sudah dijelaskan tadi, sudah delapan kali lalu lalang menggunakan knalpot brong."
"Sudah diperingatkan."
"Dari sana, kan juga ada pembelaan juga nanti."
"Ya mungkin, kalau di jalanan itu nantang."
"Ya, coba lewat kampung saya seperti itu."
"Coba saja 10 kendaraan, bisa dibakar itu,” katanya.
Maruli Simanjuntak tidak menyalahkan mereka yang tengah bereuforia merayakan kampanye capres.
"Tapi, janganlah di tingkat elit justru menggiring opini bahwa TNI tidak netral apalagi disebutkan ada penganiayaan parah hingga berujung kematian."
Terbukti, semua penjelasan itu, kata KSAD, ternyata tidak benar.
Maruli Simanjuntak menanggapi terkait kesaksian salah satu korban penganiayaan oknum TNI di wilayah Boyolali, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Meski ada relawan Ganjar Pranowo bernama Slamet Andono itu menyebutkan bahwa dirinya dimasukkan ke pos di markas Yonif 408/ Subhrasta lalu, kepalanya ditutup menggunakan kaos dan dipukuli dengan batu.
Saat itulah, dia mendengar suara rekan-rekannya dianiaya.
Slamet juga menyatakan bahwa sejumlah orang yang digelandang kemudian dianiaya bahkan dianiaya dengan batu.
Meski diketahui kemudian, sejumlah orang yang dianiaya itu telah membuat keonaran dan kebisingan selain membahayakan keselamatan umum.
Mereka telah delapan kali memutari markas TNI tersebut dan melakukan sejumlah provokasi.
Dia juga menyebut, bahwa ada rekannya yang dianiaya menggunakan batu.
Hal tersebut tentu mengada-ada dan jelas merupakan keterangan palsu.
Kesaksian itu dinilai Maruli Simanjuntak mengada-ada karena tidak mungkin pemabuk bisa ingat peristiwa yang terjadi itu.
"Tapi, dia (anggota) punya hak untuk membela diri."
"Ada aksi, ada reaksi."
"Namanya pemukulan, jelas salah."
"Apapun, defensif pun jadi salah."
"Reaksi kami, pelaku penganiayaan ditangani dan masuk sel."
"Mau gimana lagi, bilang anggota?"
"Mereka punya hak membela diri."
"Ada saksi."
"Bagaimana respon masyarakat."
"Masyarakat terganggu dengan kebisingan itu."
"Banyak tangki-tangki ciu dalam mobil, suruh minum semua."
Coba evaluasi juga lah,” kata mantan Danrem 074/ Warastratama tersebut.
Ketika masalah terulang di wilayah lainnya dengan adanya rombongan yang mengantar jenazah membuat onar, ternyata tindakan itu dilakukan oleh masyarakat dan sejumlah anggota TNI untuk menindak mereka.
Masalah utamanya, sejumlah pengantar jenazah itu telah berbuat keonaran, di antaranya dengan membuat keributan.
Mereka menggunakan kesempatan untuk menggeber-geber kendaraan mereka, sehingga memicu bahaya dan mengancam keselamatan serta ketertiban umum.
Banyak masyarakat yang bisa celaka karena keonaran yang dilakukan, ugal-ugalan di jalan raya.