
KESEHATAN Berhenti untuk Pulih: Mahasiswa Butuh Healing, Bukan Sekadar Liburan
Jakarta, 04 Juli 2025 – Di tengah tekanan akademik dan sosial yang terus meningkat, mahasiswa kini makin akrab dengan istilah burnout. Fenomena kelelahan mental dan emosional akibat beban berkepanjangan ini memunculkan satu kebutuhan yang tak bisa diabaikan: healing. Namun, lebih dari sekadar tren di media sosial, healing menjadi kebutuhan esensial bagi generasi muda yang ingin tetap sehat, waras, dan produktif.
“Tubuh dan pikiran manusia tidak diciptakan untuk terus berjalan tanpa henti. Dalam konteks burnout, jeda bukanlah kemunduran, melainkan bentuk perlindungan diri,” ujar seorang narator dalam video reportase bertajuk Burnout & Pentingnya Healing.
Healing atau pemulihan diri tidak selalu berarti pergi liburan ke luar kota atau menginap di tempat mewah. Banyak mahasiswa yang menemukan ketenangan cukup dengan tidur yang cukup, membaca buku favorit, atau menghabiskan waktu bersama teman dekat. Semua itu adalah bentuk self-care yang sah dan penting dilakukan.
“Liburan bukan soal mewah atau jauh. Bahkan menepi sejenak di rumah dan menyendiri dari hiruk-pikuk aktivitas pun bisa menjadi cara paling sederhana untuk mengembalikan energi,” lanjut narator.
Bagi sebagian mahasiswa, menjauh dari rutinitas dan mendekat ke alam menjadi pilihan utama. Udara sejuk pegunungan, debur ombak di tepi pantai, atau hijaunya hutan dinilai mampu menenangkan pikiran yang lelah dan jenuh. Penelitian psikologi juga menunjukkan bahwa paparan lingkungan alami dapat membantu meredakan stres dan memperbaiki suasana hati.
Namun, penting untuk dipahami bahwa healing bukan semata soal tempat, tetapi tentang kesadaran diri. Mengenali batas kemampuan tubuh dan mental adalah bagian penting dari proses pemulihan. “Yang terpenting adalah menyadari kapan harus berhenti dan kapan siap untuk mulai lagi. Itu adalah kemampuan yang harus dilatih,” tegasnya.
Setelah jeda, tantangan mungkin akan tetap ada. Tapi mereka yang telah memberi ruang bagi dirinya untuk bernapas akan punya kesiapan baru dalam menghadapinya. “Produktivitas sejati justru dimulai dari keberanian untuk berhenti sejenak,” tutup narator.
Dalam dunia akademik yang kerap menuntut kesempurnaan, mengistirahatkan diri bukanlah bentuk kelemahan. Justru, itu adalah cara untuk bangkit sebagai versi terbaik dari diri sendiri.