METROPOLITAN Heboh! Fotografer Diminta Bayar Rp500 Ribu di Tebet Eco Park, Warga: “Taman Umum Kok Berasa Studio?”
Sebuah video viral di media sosial memperlihatkan seorang fotografer yang harus membayar Rp500 ribu untuk memotret di kawasan Tebet Eco Park, Jakarta Selatan. Peristiwa ini langsung menyulut perdebatan panas di dunia maya: apakah taman publik kini sudah berubah jadi tempat komersial?
Dalam video berdurasi 45 detik itu, sang fotografer tampak terkejut saat petugas taman menagih biaya izin foto. Ia mengaku hanya memotret pasangan untuk keperluan pribadi, bukan pemotretan komersial.
“Lima ratus ribu buat foto di taman? Saya pikir taman ini gratis,” ucapnya dengan nada bingung dalam video tersebut.
Tak butuh waktu lama, unggahan itu langsung menyebar luas di platform X dan TikTok. Ribuan komentar masuk, kebanyakan bernada kesal. Banyak warganet menilai pungutan tersebut tidak masuk akal dan mencederai semangat ruang publik terbuka.
“Taman itu buat rakyat, bukan buat bisnis,” tulis akun @fotograferjalanan.
“Saya baru tahu kalau rumput di Tebet Eco Park ada tiket masuk tambahan,” seloroh akun @jakartanesia.
Beberapa warganet bahkan membagikan pengalaman serupa, mengaku pernah diminta izin tambahan jika membawa kamera DSLR atau lighting portable.
Pemprov DKI: Tidak Ada Aturan Bayar Rp500 Ribu
Menanggapi kehebohan tersebut, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono turun tangan. Ia menegaskan bahwa tidak ada kebijakan resmi yang mengatur biaya Rp500 ribu untuk kegiatan fotografi di taman.
“Kami sudah menelusuri, tidak ada aturan seperti itu. Kalau memang ada petugas atau oknum yang memungut biaya, akan kami tertibkan,” ujar Heru di Balai Kota, Jumat (25/10).
Heru juga menegaskan, seluruh taman di Jakarta adalah ruang publik yang bisa digunakan gratis oleh warga, selama kegiatan yang dilakukan tidak merusak fasilitas atau mengganggu pengunjung lain.
DLH DKI: Akan Ada Penertiban
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, memastikan akan menertibkan petugas di lapangan agar tidak terjadi pungutan liar (pungli) serupa.
“Kami ingin memastikan ruang publik tetap terbuka untuk semua warga. Kalau ada kegiatan komersial besar, baru perlu izin khusus. Tapi kalau foto pribadi, seharusnya gratis,” jelasnya.
Warga Minta Transparansi
Warga berharap pemerintah memperjelas aturan terkait kegiatan fotografi di taman, agar tidak terjadi salah paham antara petugas dan pengunjung.
“Kalau memang ada biaya, pasang papan pengumuman yang jelas. Jangan tiba-tiba diminta bayar di tempat,” kata Nia, warga Tebet yang rutin jogging di taman tersebut.
Taman Publik Bukan Ladang Bisnis
Tebet Eco Park sendiri dikenal sebagai ruang terbuka hijau yang dibangun untuk menyatukan dua sisi Tebet Timur dan Barat, serta menjadi ikon rekreasi ramah lingkungan di Jakarta.
Namun kasus ini menjadi peringatan bagi pengelola taman kota agar lebih transparan dan menjaga esensi taman sebagai ruang publik gratis.
“Taman harusnya tempat warga beristirahat, bukan berdebat soal tarif,” kata seorang pengunjung di lokasi, sambil tersenyum getir.
Penutup
Kehebohan “Rp500 ribu di Tebet” menjadi cermin kecil dari persoalan klasik kota besar: antara kebutuhan menjaga ketertiban dan menjaga hak publik.
Pemerintah berjanji menindak tegas oknum yang terlibat. Warga berharap, setelah ini, Tebet Eco Park kembali jadi taman yang menyejukkan bukan bikin panas kepala.
penulis: Rawza Raya Prasetyo (7024210119)

