 
                    HUKUM Sandra Dewi Menangis Pilu, Lindungi Anak-anak dengan White Lies
Jakarta – Video siaran persidangan yang memperlihatkan Sandra Dewi menangis saat memberikan kesaksian di persidangan Harvey Moeis pada Kamis, (10/10/24) menjadi sorotan publik. Pernyataan Sandra Dewi pada anak-anak ketika ditanya keberadaan sang ayah, Harvey Moeis, memunculkan diskusi menarik tentang etika white lies atau kebohongan putih yang mengundang pertanyaan mengenai etika pengasuhan dan dampak psikologis terhadap anak.
Awal mula dari adanya jawaban itu berasal dari pengacara Harvey Moeis yang bertanya, "Kalau sekarang pak Harvey ga ada dirumah, anak-anak pernah tanya ga pak Harvey dimana?" Sandra Dewi pun meneteskan air matanya saat menjelaskan kepada anak-anaknya jika Harvey sedang menjalani wajib militer (wamil) sehingga tak bisa pulang.
Netizen berbondong-bondong memberikan pendapatnya di media sosial, Twitter, mengenai tindakan Sandra Dewi pada sang anak. Menurut penelitian psikologi, white lies adalah kebohongan kecil yang diucapkan dengan niat baik, seringkali digunakan untuk melindungi perasaan orang lain atau menghindari konflik. Dalam konteks keluarga, white lies sering digunakan oleh orang tua untuk melindungi anak-anak dari kenyataan yang dianggap terlalu pahit atau kompleks untuk dipahami. Meskipun niatnya baik, white lies memiliki dampak yang kompleks dan kontroversial.
"Ini pengalihan isu agar si anak bisa tetap bersabar menanti kepulangan ayahnya.. Mungkin nanti kalau waktunya sudah tepat pasti orang tua akan menceritakannya.." komentar akun @PAKARINT**** pada salah satu postingan yang membahas tentang etika white lies ini
Namun ada pula yang memberikan pendapat kontra, "i hate white lies, bohong tetep aja bohong. lebih baik jujur walaupun menyakitkan." ucap pengguna twitter @avma**
Dampak jangka panjang dari white lies ini memang masih menjadi perdebatan. Beberapa studi menunjukkan bahwa white lies dapat merusak kepercayaan dalam hubungan, sementara studi lain berpendapat bahwa white lies yang bersifat sesekali dan tidak berbahaya mungkin tidak memiliki dampak signifikan.
Dalam kasus Sandra Dewi dipersidangan ini, white lies yang diucapkannya didorong oleh keinginan untuk melindungi anak-anaknya dari trauma dan kekecewaan yang mungkin timbul akibat situasi hukum yang dihadapi sang ayah. Ini adalah dilema yang sering dihadapi oleh orangtua, haruskah jujur secara mutlak atau haruskah melindungi anak-anak dari kenyataan yang pahit?
Dari sudut pandang etika, white lies seringkali berada dalam area abu-abu. Di satu sisi, ada argumen bahwa kejujuran adalah nilai mutlak yang harus selalu dijunjung tinggi. Di sisi lain, ada argumen bahwa dalam beberapa situasi, berbohong mungkin merupakan pilihan yang lebih manusiawi dan dapat dibenarkan.
Peristiwa yang dialami Sandra Dewi menyoroti kompleksitas hubungan antara kejujuran dan kasih sayang dalam keluarga. Meskipun niat Sandra Dewi adalah mulia, tindakannya ini juga memunculkan pertanyaan tentang dampak jangka panjang white lies terhadap perkembangan moral anak-anak. Anak-anak perlu belajar untuk menghadapi kenyataan, bahkan kenyataan yang pahit. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan usia dan tingkat pemahaman anak dalam menyampaikan informasi yang sulit.
Dalam kasus seperti ini, komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak-anak adalah kunci. Orangtua dapat menyesuaikan bahasa dan tingkat detail yang disampaikan sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Dengan demikian, anak-anak dapat memahami situasi dengan lebih baik dan membangun kepercayaan yang kuat pada orangtua.
Tindakan white lies pada kesaksian Sandra Dewi ini memberikan penjelasan mengenai pentingnya mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan, terutama ketika melibatkan anak-anak. White lies memang dapat memberikan kenyamanan sementara, namun penting untuk mencari solusi jangka panjang yang lebih baik. Komunikasi yang terbuka, empati, dan dukungan emosional adalah kunci untuk membantu anak-anak mengatasi situasi yang sulit

