
GAYA HIDUP Sri Mulyani: Pria dan Wanita Seperti Sepasang Sepatu dalam Bahas Kesetaraan Gender
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti pentingnya kesadaran tentang kesetaraan gender di Indonesia. Baginya, kesetaraan ini bukanlah tentang persaingan antara perempuan dan laki-laki, tetapi tentang memberikan hak dan penghargaan yang sama kepada semua individu. Dalam konteks negara dengan populasi sekitar 270 juta orang seperti Indonesia, di mana jumlah laki-laki dan perempuannya hampir seimbang, kesetaraan hak menjadi prinsip yang harus dijunjung tinggi.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dari total penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta, sekitar 136,66 juta adalah laki-laki dan 133,54 juta adalah perempuan. Sri Mulyani menggarisbawahi bahwa dalam masyarakat yang beraneka ragam seperti ini, setiap individu, tanpa memandang jenis kelaminnya, harus diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi.
Sri Mulyani pun mencontohkannya pentingnya kesetaraan hak atau keadilan antara masyarakat laki-laki dan perempuan itu seperti sepasang sepatu, yang bila berbeda satu dengan lain tentu tak nyaman dipakai.
"Bukan karena kita ingin melebihi tapi dalam sebuah masyarakat yang laki-laki perempuan setara saya sering katakan yang mungkin sebagian sudah pernah denger itu," kata Sri Mulyani dalam acara Talkshow Edukasi Keuangan Bundaku (Ibu, Anak, dan Keluarga Cakap Keuangan) Otoritas Jasa Keuangan di Gedung Dhanapala, Jakarta, Selasa (25/6/2024).
Sri Mulyani dengan tegas menyoroti tantangan yang dihadapi perempuan dalam hal pilihan sepatu, menggambarkan betapa sulitnya bagi mereka yang mengenakan sepatu hak tinggi berbanding sepatu datar.
Untuk mengatasi masalah ini dan menekankan pentingnya penghargaan terhadap perempuan, Sri Mulyani telah memperkenalkan skema Anggaran Responsif Gender (ARG) sejak tahun 2010 di berbagai kementerian dan lembaga pemerintah. Skema ini bertujuan untuk memasukkan aspek kesetaraan gender dalam penganggaran belanja.
Secara berkelanjutan, penggunaan ARG di berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) terus meningkat. Contohnya, pada tahun 2018, hanya 26,43% dari total belanja K/L yang tercakup dalam ARG, tetapi angka ini meningkat tajam menjadi 41,46% pada tahun 2023.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa setiap anggaran dianalisis untuk mengidentifikasi bagian mana yang memberikan manfaat utama kepada perempuan, sebagai bagian dari prinsip anggaran responsif gender. Langkah ini diambil karena perempuan sering kali menghadapi diskriminasi bahkan dalam kondisi sehari-hari yang seharusnya normal.