X

GAYA HIDUP Selama Ramadan, Banyak Masjid di Jakarta Jadi Tempat Wisata Religius

20 Maret 2024 20:21 | Oleh Tim DKYLB 01

RK, 14 Maret 2024, Masjid Jakarta Wisata

Jika Anda ingin menghabiskan waktu dengan aktivitas religius selama bulan Ramadan, berkunjung ke beberapa masjid terkenal di wilayah Jakarta mungkin menjadi pilihan yang tepat. Masjid-masjid ini sering mencuri perhatian karena bersejarah dan merupakan struktur bangunan yang indah.

Ada banyak masjid yang memiliki desain yang mirip dengan struktur Tionghoa klasik, bahkan satu yang mirip dengan Taj Mahal. Berminat? Kira-kira masjid-masjid di Jakarta yang sering digunakan sebagai lokasi wisata religius? Baca artikel berikut untuk informasi lengkapnya.

Masjid Istiqlal


Jangan lewatkan untuk mengunjungi Masjid Istiqlal saat mengunjungi Jakarta untuk tujuan religius. Masjid ini memiliki desain geometris dengan lapisan marmer dan baja anti karat. Tempat ibadah ini adalah salah satu karya arsitek Kristen Frederich Solaban.

Masjid Istiqlal dibangun pada tahun 1961 dan terletak di Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, di Jalan Taman Wijaya Kusuma. Dengan luas 9,5 hektare, masjid ini dianggap sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara dan dapat menampung hingga 200.000 jemaah.

Masjid Ramlie Musofa

Jika Anda pergi ke Masjid Ramlie Musofa, yang terletak di pinggir Danau Sunter di Jakarta Utara, Anda akan melihat struktur putih bersih dengan kubah-kubah mempesona yang menyerupai Taj Mahal.

Haji Ramli Rasidin, seorang mualaf keturunan Tionghoa, adalah pendiri Masjid Ramlie Musofa. Semua orang tahu bahwa Ramlie membuat masjid ini untuk istri tercintanya. Meskipun mirip dengan Taj Mahal, masjid Ramlie Mushofa tetap memiliki ciri khas pemiliknya. karena di sekitar masjid banyak kalimat dengan huruf China.

Masjid Agung At Tin

Jika Anda berada di wilayah Jakarta Timur, Anda dapat mengunjungi Masjid Agung At Tin. Masjid ini didirikan untuk mengingat jasa Tien Soeharto, istri dari mendiang Presiden Soeharto. Masjid Agung At Tin adalah lokasi fotografi yang menarik, seperti beberapa bentuk anak panah yang terlihat bersambung.

 

Ageng


ECO BRANDING BERSAMA “@WALKWITHDUASATU “ : KISAH PETUALANGAN MAHASISWA FIKOM UP DI DESA SUKAJADI, KEC TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah salah satu bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat yang tidak hanya menitikberatkan pada praktik langsung di lapangan, tetapi juga pada pembelajaran aspek sosial. Kuliah Kerja Nyata juga menjadi syarat pemenuhan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang perlu dipenuhi oleh mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change).

05 Agustus 2025 12:30 | Bogor

Inovatif! Program Eco Green KKN Mahasiswa Ajak Siswa SMKN 47 dan Warga Pejaten Barat Kelola Sampah Plastik Menjadi Bernilai

Melalui program KKN Universitas Pancasila Eco Green, mahasiswa bekerja sama dengan siswa SMKN 47 Jakarta serta warga Kelurahan Pejaten Barat, khususnya RT 2 RW 7, dengan mengolah botol plastik bekas menjadi produk kerajinan bernilai jual. Program ini bertujuan menumbuhkan kesadaran lingkungan sekaligus membangun keterampilan kreatif dan jiwa kewirausahaan di kalangan pelajar dan masyarakat. Mahasiswa KKN terlibat aktif dalam memberikan pelatihan, pendampingan pembuatan kerajinan, serta edukasi dasar pemasaran produk. Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari siswa dan warga karena dinilai bermanfaat, aplikatif, dan berdampak langsung bagi lingkungan sekitar.

31 Juli 2025 14:59 | Terkini

REVISI UU TNI DALAM CERMIN MEDIA: KRISIS KOMUNIKASI, KRISIS DEMOKRASI

Pemerintah dan DPR tengah mengajukan revisi UU TNI yang memunculkan kembali diskursus lama tentang “dwifungsi militer”. Meski diklaim bertujuan memperkuat efektivitas pertahanan, substansi revisi justru menuai kritik keras karena membuka kembali ruang bagi prajurit TNI aktif menduduki jabatan sipil—praktik yang pernah jadi simbol represi Orde Baru. Isu ini tidak hanya kontroversial secara hukum, tetapi juga menimbulkan krisis komunikasi publik. Pemerintah nyaris tidak menyampaikan narasi penyeimbang secara strategis. Akibatnya, media mengambil alih ruang wacana dan membentuk persepsi negatif secara masif.

21 Juli 2025 00:32 | Nasional

Membangun Narasi atau Mengaburkan Realitas? Fenomena Dedi Mulyadi Sang Gubernur Konten di era Demokrasi Digital

Belakangan ini, nama Dedi Mulyadi kembali menjadi sorotan. Bukan karena posisinya di parlemen, bukan pula karena polemik legislatif. Yang membuatnya terus dibicarakan adalah kehadirannya yang nyaris harian di layar ponsel kita—dalam video-video yang memperlihatkan dirinya “blusukan”, membantu masyarakat, menyentuh persoalan lokal dengan narasi besar: kehadiran negara di tengah rakyat kecil. Sekilas, ini terlihat seperti bentuk ideal dari komunikasi politik. Figur publik yang tampil tanpa jarak, menggunakan bahasa sederhana, dan menjangkau rakyat lewat media sosial alih-alih podium formal. Tapi justru di situlah letak pertanyaannya: apakah semua ini sungguh autentik? Atau apakah ini hanya kemasan citra?

18 Juli 2025 20:59 | Terkini

TRAGEDI PENDAKI BRASIL DI RINJANI: KOMUNIKASI KRISIS DAN PROTOKOL KESELAMATAN YANG TERLAMBAT DIRESPONS

Tragedi di Gunung Rinjani dan Krisis Komunikasi Pemerintah Gunung Rinjani kembali jadi sorotan dunia, kali ini karena tragedi pendaki asal Brasil yang meninggal di jalur pendakian. Publik mempertanyakan tanggung jawab pengelolaan keamanan, kesiapan petugas, dan prosedur penyelamatan di destinasi wisata sekelas Rinjani. Sayangnya, respons pemerintah terkesan datar dan normatif. Tidak ada klarifikasi yang kuat atau narasi empatik kepada keluarga korban. Krisis ini justru menunjukkan lemahnya strategi komunikasi, transparansi, dan kesadaran akan pentingnya manajemen risiko pariwisata. Tragedi ini harus menjadi titik balik: pariwisata bukan hanya promosi, tetapi juga soal keselamatan, kesiapan, dan komunikasi publik yang manusiawi. Dalam era digital, setiap tragedi bisa viral dan merusak citra jika tidak ditangani dengan baik. Pemerintah harus belajar bersikap cepat, jujur, dan tangguh dalam menjawab kegelisahan publik, karena kredibilitas institusi dipertaruhkan.

18 Juli 2025 17:39 | Terkini