
TERKINI Heboh Nyamuk Bill Gates Wolbachia, Ini Dia Respon Lengkap Kemenkes RI
DKYLB.COM (18/11/2023) – Heboh pelepasan nyamuk wolbachia atau dituduhkan sebagai nyamuk Bill Gates mewarnai media sosial menyusul adanya ajakan penolakan pelepasan nyamuk itu sejak munculnya jumpa pers pada Minggu, 12 November 2023 yang dihadiri mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.
Kekhawatiran dampak nyamuk wolbachia. berimbas terhadap ditundanya pelepasan tersebut di Denpasar, Bali. Bahkan dikabarkan, jutaan telur nyamuk wolbachia itu dihancurkan setelah penundaan pelepasan.
Padahal, teknologi wolbachia sudah masuk ke dalam salah satu strategi penanganan dengue di Indonesia.
Baca Juga: Pagi Ini Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Bandung Jawa Barat
Menyikapi penolakan itu Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Mohammad Syahril menyampaikan, pihaknya akan terus memberikan edukasi dan informasi soal penerapan wolbachia.
"Kita akan edukasi dan menjelaskan kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar, bukan hoax," ujar Syahril kepada wartawan pada Kamis, 16 November 2023.
Dikatakan Teknologi wolbachia merupakan salah satu inovasi yang melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Strategi Nasional.
Sebagai pilot project, dilaksanakan di lima kota yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Baca Juga: Jamu Indonesia Bakal Ditetapkan Jadi Warisan Budaya oleh UNESCO
Nyamuk Bill Gates
Sebelumnya beredar informasi yang menyebut inovasi pelepasan nyamuk wolbachia untuk penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagai senjata pembunuh atau pemusnah manusia.
Informasi yang marak di media sosial pun mengkaitkan penyebaran wolbachia tersebut merupakan misi Bill Gates.
Bahkan ada pula narasi yang menyatakan, gigitan nyamuk ber-wolbachia dapat mengakibatkan kerusakan otak. Seluruh informasi di atas adalah tidak benar alias hoaks.
Menanggapi itu Syahril menegaskan, teknologi wolbachia yang menggunakan nyamuk Aedes aegypti bukanlah senjata pembunuh dan misi Bill Gates.
"Itu hoax, sudah banyak negara yang menggunakan metode ini dan hasil implementasi program di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menunjukkan, penurunan kasus DBD yang signifikan dan sudah ada jurnal internasional," tegas Syahril.
"Jadi, secara scientific sudah terbukti (penerapan wolbachia)."
Di Indonesia, riset mengenai wolbachia dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Efektivitas wolbachia ini diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi Yayasan Tahija.
Menurut Syahril, penerapan wolbachia telah mendapat rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Wolbachia masuk sebagai salah satu strategi pengendalian vektor.
"WHO sudah merekomendasikan teknologi pengendalian vektor dengan penggunaan Aedes aegypti ber-wolbachia," terangnya.
Baca Juga: Gibran Siap Ikuti Sidang Perdana Gugatan Rp 204 Triliun di PN Solo 30 November
Sementara itu banyak narasi nyamuk wolbachia yang beredar di platform Twitter X, di antaranya diunggah akun @AGENDA21_EXPOSE pada 15 November.
Unggahan juga menyertakan sebuah foto dengan keterangan bertuliskan, “Senjata Serang Baru."
Waspada penyebaran jutaan nyamuk WOLBACHIA yg mengancam kesehatan manusia. Proyek ini digagas oleh bill gate atas restu WHO.
Berikut pembahasan dari Bossman berupa flyer:
demikian unggahan akun @AGENDA21_EXPOSE tersebut.
Waspada penyebaran jutaan nyamuk WOLBACHIA yg mengancam kesehatan manusia.
Proyek ini digagas oleh bill gate atas restu WHO.
Baca Juga: Kolonel Subhan, Salah Satu Korban Pesawat TNI AU Jatuh di Pasuruan, Pernah Pimpin Misi ke Gaza
Rakyat Jadi Eksperimen
Ada pula unggahan dari akun platform X @Been4Q59 pada 16 November 2023. Ia menggunggah cuplikan video seorang profesor bernama Prof Richard Claproth.
Narasi bertuliskan soal rakyat Indonesia akan dijadikan bahan eksperimen dari penyebaran nyamuk wolbachia.
*_GILAAA !!...RAKYAT INDONESIA HENDAK DIJADIKAN BAHAN EKSPERIMEN_*
Prof Richard Claproth "Kondisi Negara Sdg Genting, Kita Punya Waktu Hingga 1 Des"
Simak di ????Sebarkan Agar Rakyat Menolak Nyamuk² Import di Sebarkan Di Negri Kita.
demikian keterangan @Been4Q59
*_GILAAA !!...RAKYAT INDONESIA HENDAK DIJADIKAN BAHAN EKSPERIMEN_*
Prof Richard Claproth "Kondisi Negara Sdg Genting, Kita Punya Waktu Hingga 1 Des"
Simak di ????
Sebarkan Agar Rakyat Menolak Nyamuk² Import di Sebarkan Di Negri Kita.
Wolbachia Bentuk Gen LGBT
Beredar di media sosial postingan yang menyebut penyebaran nyamuk Wolbachia untuk membentuk genetik LGBT di masyarakat. Postingan itu beredar sejak tengah pekan ini.
Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 15 November 2023.
Berikut isi postingannya:
Penyebaran nyamuk wolbachia adalah misi bill gates sebagai bapak LGBT sedunia, utk membentuk genetik LGBT melalui nyamuk tsb, yg mana Wolbachia berasal dari lalat drosophila, manusia akan jd vektor mekanik penyebar kerusakan genetik laki2 feminim. Mereka itu antek dajjal, kalau mereka bilang baik, padahal itu adalah buruk. Jngan mau di bodohi dengan mereka... emang mereka pikir siapa mereka.
Merespon kehebohan itu Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi menyebut klaim dalam postingan itu tidak benar.
"Klaim dalam postingan itu hoaks. Tidak ada hubungan antara nyamuk Wolbachia dengan LGBT," ujar dr Nadia saat dihubungi Kamis (16/11/2023).
"Saat ini program penyebaran nyamuk wolbachia terus dijalankan sesuai tahapan yakni di Bontang, Semarang, Kupang, Jakarta Barat, dan Bandung. Sementara di Bali masih dalam tahap sosialisasi, di sana kerjasama antara Pemda Bali dan World Mosquito Program," ujarnya menambahkan.
Wolbachia sendiri adalah bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk Aedes aegypti. Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue, sehingga apabila ada nyamuk aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue.
Turunkan Proporsi Rawat DBD 86 Persen
Sebelumnya, uji coba penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022.
Hasilnya, di lokasi yang telah disebar wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen.
Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
Jika Aedes aegypti jantan ber-wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang ber-wolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak ber-wolbachia, seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.
Penerapan Wolbachia di 9 Negara Lain
Sementara itu Kementerian Kesehatan RI menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di 9 negara lain. Hasilnya, terbukti efektif untuk pencegahan Dengue. Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.
Teknologi wolbachia melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).
Sebagai pilot project di Indonesia, dilaksanakan di 5 kota, yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Efektivitas wolbachia juga telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan Aedes aegypti ber-wolbachia dalam skala terbatas pada rentang 2011-2015. (*)