NASIONAL 🔥 Menyalakan Kembali Api Sumpah Pemuda di Era Globalisasi
Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, sebuah momen bersejarah yang menjadi simbol persatuan dan semangat kebangsaan. Di berbagai daerah, peringatan ini diisi dengan upacara, seminar, pemutaran film dokumenter, dan pengibaran bendera Merah Putih. Namun di balik segala bentuk seremoni itu, muncul pertanyaan mendasar: apakah semangat Sumpah Pemuda masih hidup di hati generasi muda Indonesia saat ini?
Dalam perjalanan sejarah, Sumpah Pemuda merupakan tonggak penting yang mempersatukan berbagai kelompok pemuda dari latar belakang daerah yang berbeda. Peristiwa ini menandai lahirnya kesadaran nasional dengan tiga ikrar utama:
- Bertumpah darah satu — tanah air Indonesia,
- Berbangsa satu — bangsa Indonesia,
- Menjunjung bahasa persatuan — bahasa Indonesia.
Tiga janji itu menjadi fondasi kuat dalam perjuangan menuju kemerdekaan dan terus menjadi pedoman dalam menghadapi tantangan zaman, termasuk era globalisasi saat ini. Namun, Soekarno pernah mengingatkan bahwa api perjuangan bisa padam jika hanya diwariskan sebagai simbol dan seremoni tanpa makna sejati.
Tokoh pemuda seperti Mohammad Tabrani Tjitrodiwiryo juga pernah menyoroti masalah utama pemuda di masa itu: ego kedaerahan. Ia melihat bahwa banyak organisasi masih terikat pada identitas lokal seperti Jawa, Sumatra, Minahasa, atau Ambon, sehingga ide “Indonesia” belum sepenuhnya tumbuh di hati semua pemuda.
Menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 tahun 2025, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)mengeluarkan surat edaran resmi yang berisi imbauan kepada masyarakat untuk mengibarkan bendera Merah Putihpada 28 Oktober 2025. Kemenpora juga meminta agar instansi pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi kepemudaan, hingga pihak swasta melaksanakan upacara bendera di lingkungan masing-masing.
Selain itu, media radio dan televisi diimbau untuk memutar lagu wajib nasional dan Mars Pemuda, sementara media massa dan digital didorong untuk mempublikasikan kegiatan peringatan melalui berbagai bentuk konten seperti spanduk, pamflet, meme, film pendek, hingga konten kreatif lainnya. Seluruh langkah ini diharapkan dapat memperkuat semangat kebangsaan dan menumbuhkan kembali api Sumpah Pemuda di dada generasi muda Indonesia.
VEGA FAHNY MALIA

