X

GAYA HIDUP 5 Tips yang Layak Dicoba Agar Bisa Khatam Al-Quran Selama Bulan Ramadhan

14 Maret 2023 10:02 | Oleh Zet Nayzuko

DKYLB. COM (14/3/2023) - Bulan Ramadhan sebentar lagi tiba. Bulan suci ini dinantikan banyak orang karena keutamaannya. Saat yang tepat bagi umat muslim mensucikan dosa-dosa yang pernah dilakukan. 

Semua amal ibadah yang kita lakukan bakal mendapat ganjaran hingga 70 kali lipat. Untuk itu, umat Islam disarankan memperbanyak ibadah dan kebaikan di bulan ini.

Ada sejumlah amalan yang bisa dilakukan selama bulan Ramadhan mulai dari bersedekah, sholat tarawih, dan tadarus Al Quran yang biasanya dilakukan selama sebulan penuh.

Ada keinginan untuk khatam Al Quran selama bulan Ramadhan. Tapi pada prakteknya sulit terpenuhi karena kesibukan masing-masing. 

Lalu bagaimana agar bisa khatam Al Quran dalam waktu 30 hari. Berikut 5 tips yang bisa dicoba agar target khatam Al Quran di bulan Ramadhan bisa tercapai.

1. Susun Jadwal Lebih Teratur

Mulailah dengan membuat jadwal yang benar dan teratur. Cara ini bertujuan agar Anda bisa memperkirakan kapan bisa khatam Al Quran.

Dengan jadwal ini Anda bisa mengerjakan aktivitas lain tanpa bentrok dengan aktivitas membaca Al-Quran.

Cara paling mudah dengan membaginya menjadi lima kali sehari. Atau bisa dilakukan setelah selesai menunaikan Sholat.

Agar tidak terganggu, usahakan baca Al-Quran lebih dulu baru mengerjakan amalan lain. Jika dilakukan secara rutin dan mentaati jadwal yang sudah dibuat, maka target khatam Al-Quran selama 30 hari bisa tercapai.

2. Bawa Al-Quran Mini Kemana Saja

Saat Anda berada di luar rumah, tentu akan kesulitan jika harus membaca Al-Quran. Anda bisa membawa Al-Quran mini kemana saja.

Ukuran Al-Quran mini usahakan yang tidak terlalu berat dan mudah di bawa. Bisa disimpan di tas atau di saku.

Ini bisa mempermudah jika sewaktu-waktu Anda punya kesempatan membaca Al-Quran selama dalam perjalanan.

Dengan begitu Anda bisa tetap istiqomah saat menjalankan amalan ini.

3. Install Aplikasi Al-Qur’an

Di zaman teknologi yang serba canggih ini segalanya bisa dibuat lebih simple. Tak terkecuali saat Anda ingin membaca Al-Quran tapi tidak membawa mushaf.

Anda bisa menginstal aplikasi Al-Quran di ponsel. Hampir setiap orang sudah memiliki smartphone yang bisa menginstal aplikasi Al-Quran. 

Lewat aplikasi Al-Quran di ponsel, Anda bisa tenang meskipun sedang dalam perjalanan jauh. Tadarus Al-Quran masih bisa dilakukan sehingga target khatam Al-Quran pun bisa dicapai.

4. Satu Hari Satu Juz

Selain cara diatas, Anda juga bisa mencoba dengan  metode satu Juz satu hari. Cara ini sudah biasa dilakukan bagi orang yang biasa tadarus setiap malam di bulan Ramadhan.

Jika satu juz satu hari bisa terpenuhi maka dalam sebulan atau 30 hari Anda sudah bisa khatam Al-Quran.

Tapi ada juga orang yang tidak bisa menyelesaikan satu juz dalam satu waktu membaca. Tidak masalah, Anda bisa mencicilnya di saat ada waktu luang setiap harinya.

5. Menabung Bacaan di Awal Bulan Ramadhan.

Tips terakhir adalah dengan menabung bacaan Al-Quran pada awal-awal bulan Ramadhan.

Seringkali orang bersemangat menjalankan ibadah hanya diawal bulan Ramadhan. Bisa dilihat saat sholat tarawih, masjid hanya penuh saat awal Ramadhan saja.

Begitu masuk pertengahan jamaah pun mulai menyusut bahkan hanya tinggal separuhnya. Ini juga bisa terjadi ketika Anda berniat tadarus Al-Quran. Saat memasuki pertengahan semangatnya loyo. 

Jika kondisinya demikian, Anda juga bisa mengatasinya dengan cara memperbanyak bacaan Al-Quran pada awal bulan Ramadhan.

Dengan begitu Anda tidak perlu kewalahan saat akhir bulan Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri untuk mengkhatamkan Al-Quran. 

[Slamet Supriyadi]

 

 


REVISI UU TNI DALAM CERMIN MEDIA: KRISIS KOMUNIKASI, KRISIS DEMOKRASI

Pemerintah dan DPR tengah mengajukan revisi UU TNI yang memunculkan kembali diskursus lama tentang “dwifungsi militer”. Meski diklaim bertujuan memperkuat efektivitas pertahanan, substansi revisi justru menuai kritik keras karena membuka kembali ruang bagi prajurit TNI aktif menduduki jabatan sipil—praktik yang pernah jadi simbol represi Orde Baru. Isu ini tidak hanya kontroversial secara hukum, tetapi juga menimbulkan krisis komunikasi publik. Pemerintah nyaris tidak menyampaikan narasi penyeimbang secara strategis. Akibatnya, media mengambil alih ruang wacana dan membentuk persepsi negatif secara masif.

21 Juli 2025 00:32 | Nasional

Membangun Narasi atau Mengaburkan Realitas? Fenomena Dedi Mulyadi Sang Gubernur Konten di era Demokrasi Digital

Belakangan ini, nama Dedi Mulyadi kembali menjadi sorotan. Bukan karena posisinya di parlemen, bukan pula karena polemik legislatif. Yang membuatnya terus dibicarakan adalah kehadirannya yang nyaris harian di layar ponsel kita—dalam video-video yang memperlihatkan dirinya “blusukan”, membantu masyarakat, menyentuh persoalan lokal dengan narasi besar: kehadiran negara di tengah rakyat kecil. Sekilas, ini terlihat seperti bentuk ideal dari komunikasi politik. Figur publik yang tampil tanpa jarak, menggunakan bahasa sederhana, dan menjangkau rakyat lewat media sosial alih-alih podium formal. Tapi justru di situlah letak pertanyaannya: apakah semua ini sungguh autentik? Atau apakah ini hanya kemasan citra?

18 Juli 2025 20:59 | Terkini

TRAGEDI PENDAKI BRASIL DI RINJANI: KOMUNIKASI KRISIS DAN PROTOKOL KESELAMATAN YANG TERLAMBAT DIRESPONS

Tragedi di Gunung Rinjani dan Krisis Komunikasi Pemerintah Gunung Rinjani kembali jadi sorotan dunia, kali ini karena tragedi pendaki asal Brasil yang meninggal di jalur pendakian. Publik mempertanyakan tanggung jawab pengelolaan keamanan, kesiapan petugas, dan prosedur penyelamatan di destinasi wisata sekelas Rinjani. Sayangnya, respons pemerintah terkesan datar dan normatif. Tidak ada klarifikasi yang kuat atau narasi empatik kepada keluarga korban. Krisis ini justru menunjukkan lemahnya strategi komunikasi, transparansi, dan kesadaran akan pentingnya manajemen risiko pariwisata. Tragedi ini harus menjadi titik balik: pariwisata bukan hanya promosi, tetapi juga soal keselamatan, kesiapan, dan komunikasi publik yang manusiawi. Dalam era digital, setiap tragedi bisa viral dan merusak citra jika tidak ditangani dengan baik. Pemerintah harus belajar bersikap cepat, jujur, dan tangguh dalam menjawab kegelisahan publik, karena kredibilitas institusi dipertaruhkan.

18 Juli 2025 17:39 | Terkini