DEPOK Posyandu Cempaka Gencarkan Edukasi Gizi Anak bagi Ibu Muda
Depok Kesadaran akan pentingnya gizi seimbang untuk anak usia dini kini mulai menjadi fokus utama di wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok. Di tengah masih tingginya angka gangguan gizi anak di Indonesia, Posyandu Cempaka bergerak aktif melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu muda agar dapat memahami dan menerapkan pola makan bergizi bagi buah hatinya.
Berdasarkan hasil survei nasional terbaru, prevalensi stunting atau kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi pada anak balita di Indonesia tercatat telah menurun menjadi 19,8 % pada tahun 2024. Meski demikian, masih ada tantangan berat yang dihadapi: angka kerentanan gizi, kekurangan mikronutrien, serta kondisi gizi kurang (under-weight) maupun gizi buruk masih menghantui banyak daerah.
Di Posyandu, petugas gizi menyebut bahwa sekitar 20 % dari anak-anak balita wilayah tersebut masih mengalami berat badan berada di bawah standar. “Masih banyak ibu muda yang memberi makanan instan karena alasan praktis. Padahal anak membutuhkan protein, sayur, dan buah untuk mendukung tumbuh kembangnya,” ujar petugas gizi di Posyandu.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa banyak orang tua yang sebelumnya hanya memikirkan bahwa “anak kenyang itu cukup”, tanpa memperhitungkan apakah asupan gizinya sudah terpenuhi secara optimal. Untuk itu, Posyandu bersama Puskesmas setempat rutin mengadakan demo masak menu sehat, penyuluhan gizi seimbang, sekaligus pengukuran tumbuh kembang anak agar ibu-ibu muda lebih sadar akan kondisi gizi anaknya.
Salah satu ibu yang mengikuti kegiatan tersebut, mengungkapkan perubahan pola makan anaknya sejak mengikuti edukasi. “Dulu saya pikir yang penting anak kenyang. Tapi setelah ikut penyuluhan, saya jadi tahu pentingnya gizi seimbang. Sekarang saya lebih sering masak sayur dan buah untuk anak saya di rumah,” ujarnya sambil menimang anaknya yang berusia dua tahun.
Pertanyaan:
Apa saja tantangan yang paling sering dihadapi petugas Posyandu dalam meningkatkan kesadaran gizi di kalangan ibu muda?
Jawaban:
“Tantangan utamanya ada pada kebiasaan dan pola pikir masyarakat. Banyak ibu muda yang masih menganggap makanan instan itu cukup untuk anak, karena dianggap praktis dan cepat. Padahal, kebutuhan gizi anak harus seimbang antara karbohidrat, protein, sayur, dan buah. Kami juga menghadapi kendala waktu, karena tidak semua ibu bisa hadir dalam penyuluhan. Tapi kami terus berupaya menjangkau mereka lewat kegiatan posyandu keliling dan sosialisasi melalui grup WhatsApp warga.”
Pertanyaan:
Setelah mengikuti penyuluhan gizi di Posyandu, perubahan apa yang paling terasa pada pola makan atau kesehatan anak Anda?
Jawaban:
“Perubahannya cukup besar. Dulu saya sering kasih anak makanan cepat saji karena praktis. Setelah ikut penyuluhan, saya jadi tahu pentingnya gizi seimbang. Sekarang saya lebih rajin masak sendiri di rumah — lebih banyak sayur, telur, dan buah. Hasilnya anak saya jarang sakit dan berat badannya juga naik stabil.”

