X

DAERAH Keraton Yogyakarta : Mengenal Tradisi Patehan di Keraton Yogyakarta

15 Juni 2023 13:53 | Oleh Tim DKYLB 01

DKLYB.com Rabu (07/06/2023) - Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang lebih dikenal dengan nama Keraton Yogyakarta merupakan museum hidup bagi kebudayaan Jawa yang berada di Yogyakarta dan menjadi pusat perkembangan kebudayaan Jawa. Keraton Yogyakarta dibangun Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755, beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti.Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.

Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan.

Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Keraton Yogyakarta didirikan dan menjadi garis imajiner yang merupakan garis lurus yang menghubungkan Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis.

Kraton Jogja terdiri dari gedong-gedong (joglo yang berdinding) dan bangsal-bangsal (joglo yang tidak berdinding), dibatasi oleh tembok tinggi, tebal dan kokoh dengan regol-regol (pintu gerbang). Membentang lurus dari utara ke Selatan, mulai dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan. Setiap kompleks dan bangunan mengandung nilai simbolis dan sakral.

Desain bangunan ini juga menunjukkan bahwa Kraton Jogja, Tugu Pal Putih, Gunung Merapi, Panggung Krapyak dan Pantai Selatan berada dalam satu garis atau poros imajiner yang dipercaya sebagai hal yang keramat.

Abdi dalem adalah seluruh pegawai atau karyawan keraton, yang umumnya tinggal di sekitar keraton. Pakaian mereka terdiri dari dua macam, yakni Sikep Alit dan Langenarjan. Perangkat pakaian Sikep Alit terdiri dari kain batik sawitan, baju hitam dari bahan laken (dengan kancing dari tembaga atau kuningan yang disepuh emas, berjumlah 7 hingga 9 buah), penutup kepala destar, keris model gayaman (diletakan dipinggang sebelah kanan belakang), selop hitam, topi pet hitam dengan pasmen emas.

Mengunjungi Keraton Yogyakarta akan memberikan pengalaman yang berharga sekaligus mengesankan. Ada banyak hal yang bisa disaksikan di Keraton Yogyakarta, mulai dari aktivitas abdi dalem yang sedang melakukan tugasnya atau melihat koleksi barang-barang Keraton.

Saya cukup beruntung, karena hari itu, tepatnya pukul 11.00, melihat iring-iringan lima orang Abdi Dalem Keparak (Abdi Dalem perempuan) yang bertugas menyiapkan teh (Patehan). Rutinitas ini merupakan tradisi upacara minum teh harian yang dilakukan sejak sultan-sultan terdahulu, hingga sekarang. Nama Patehan sendiri berasal dari kata “teh”, salah satu jenis minuman seduh. Sesuai maknanya, Patehan menjadi bagian keraton yang bertugas menyiapkan minuman, terutama teh, beserta seluruh perlengkapannya untuk kebutuhan Keraton Yogyakarta. Baik untuk upacara-upacara adat maupun untuk kebutuhan rutin sehari-hari.

Proses pembuatan minuman berlangsung dua kali dalam sehari, yakni pukul 6.00 pagi dan 11.00 siang. Proses ini diawali dengan menyiapkan perapian dan menimba air dari sumur Nyai Jalatunda. Air tersebut kemudian dimasak dalam ceret khusus yang terbuat dari tembaga. Bahan tembaga dipilih karena dipercaya bisa menjadi penetral air sekaligus penolak bala.

Semua ini dibawa oleh para Abdi Dalem Keparak yang bertugas. Jumlahnya lima orang, disesuaikan dengan kebutuhan. Empat orang dari mereka akan membawa perlengkapan yang terdiri dari satu set rampadan (perlengkapan minum) teh, satu set rampadan kopi, sebuah teko untuk air panas, dan sebuah teko khusus air putih yang biasa disebut klemukKlemuk ini berisi air yang didiamkan selama satu malam. Satu orang yang tersisa membawa payung untuk melindungi klemuk.

Penggunaan kelengkapan minuman, seperti teko, cangkir, nampan, dan sendok juga memiliki aturan sendiri. Tidak boleh sekehendak hati. Aturan yang kompleks ini sekilas memang tampak merepotkan. Namun semuanya memberi pembelajaran, bahwa minum teh tidak hanya sebatas melepas dahaga. Keraton Yogyakarta, menyiapkan dan menyajikan minuman merupakan sebuah prosesi. Di dalamnya terdapat seni, olah rasa, sarana legitimasi, juga pelestarian tradisi.

Selain itu, kita juga bisa melihar ragam koleksi di Keraton. Koleksi yang disimpan dalam kotak kaca yang tersebar di berbagai ruangan tersebut mulai dari keramik dan barang pecah belah, senjata, foto, miniatur dan replika, hingga aneka jenis batik beserta deorama proses pembuatannya. Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati pertunjukan seni dengan jadwal berbeda-beda setiap harinya. Pertunjukan tersebut mulai dari macapat, wayang golek, wayang kulit, dan tari-tarian. (Muhammad Reza Al-Harris, Keraton Yogyakarta : Mengenal Tradisi Patehan di Keraton Yogyakarta. Upload : Kamis, 15 Juni 2023.)