X

TERKINI GEROBAK PENDORONG EKONOMI LOKAL, KISAH UMKM KENTANG GORENG BERTAHAN DI ERA DIGITAL

07 November 2025 08:53 | Oleh Tim DKYLB 01

Di tengah hiruk pikuk persaingan kuliner yang kini modern dan didominasi gerai waralaba, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), tetap menjadi urat nadi perekomomian akar rumput. Sebuah gerobak kentang goreng sederhana berwarna biru cerah, yang rutin mangkal di area Jalan Cendana, Depok, menjadi salah satu reprsentasi ketangguhan tersebut. Bukan sekadar penjual cemilan renyah, UMKM ini adalah cerminan perjuangan adaptasi ditengah fluktuasi harga bahan pokok dan tuntutan promosi digital. Liputan ini menyoroti bagaimana sebuah bisnis rumahan, dengan modal dan sumber daya terbatas, mampu bertahan, bahkan berkembang, berkat strategi cerdas dan kegigihan pemiliknya. Tujuannya adalah menggali lebih dalam model bisnis, tantangan operasional, inovasi, serta  dampak sosial ekonomi yang diciptakan oleh kehadiran UMKM kentang goreng ini bagi masyarakat sekitar.

 

             

 

 Script Wawancara

Wawancara  mendalam dilakukan dengan dua sumber utama: pemilik usaha dan konsumen, untuk mendapatkan perspektif komprehensif.

 

Sumber Utama : Pak Budi (45 tahun ), Pemilik Gerobak Kentang Goreng

Pewawancara : “Pak Budi, bisa diceritakan sejak kapan Bapak memulai usaha kentang goreng ini dan apa motivasi  dibaliknya? “

Pak Budi : “ Usaha ini saya rintis sekitar tiga tahun lalu, Mba. Awalnya  dari hobi ngemil kentang goreng, lalu berpikir untuk mencoba jualan sendiri. Modalnya minimum, hanya gerobak bekas yang saya cat ulang jadi biru ini, dan wajan saya beli. Dan saya lihat potensi  disini karena cemilan seperti kentang goreng ini digemari disemua kalangan, dari anak-anak Sampai dewasa. Kuncinya di bumbu dan teksturnya yang renyah. “

 

Pewawancara : “Dengan dinamika harga bahan baku yang sering bergejolak, terutama minyak goreng dan kentang, bagaimana strategi bapak menyiasatinya agar tetap bisa menawarkan harga bersaing?”

Pak Budi : "Ini tantangan paling besar. Kalau harga bahan baku naik drastis, saya tidak bisa langsung menaikkan harga jual di sini, Mba. Pelanggan bisa kaget atau lari ke tempat lain. Biasanya, saya coba mengurangi sedikit margin keuntungan. Kami punya pemasok langganan langsung dari pasar induk di Kramat Jati, jadi bisa sedikit menekan biaya karena tidak lewat banyak perantara. Kadang, porsi juga sedikit disesuaikan, tapi sebisa mungkin tetap menjaga kualitas dan kuantitas agar pelanggan tidak kecewa."

 

Pewawancara: "Pak Budi, bisa diceritakan sejak kapan Bapak memulai usaha kentang goreng ini dan apa motivasi di baliknya?"

Pak Budi: "Usaha ini saya rintis sekitar tiga tahun lalu, Mba. Awalnya dari hobi ngemil kentang goreng, lalu terpikir untuk mencoba jualan sendiri. Modalnya minim, hanya gerobak bekas yang saya cat ulang jadi biru ini, dan wajan pinjaman. Saya lihat potensi di sini karena camilan seperti kentang goreng ini digemari semua kalangan, dari anak-anak sampai dewasa. Kuncinya di bumbu dan teksturnya yang renyah."

 

Pewawancara: "Dengan dinamika harga bahan baku yang sering bergejolak, terutama minyak goreng dan kentang, bagaimana strategi Bapak menyiasatinya agar tetap bisa menawarkan harga bersaing?"

Pak Budi: "Ini tantangan paling besar. Kalau harga bahan baku naik drastis, saya tidak bisa langsung menaikkan harga jual di sini, Mba. Pelanggan bisa kaget atau lari ke tempat lain. Biasanya, saya coba mengurangi sedikit margin keuntungan. Kami punya pemasok langganan langsung dari pasar induk di Kramat Jati, jadi bisa sedikit menekan biaya karena tidak lewat banyak perantara. Kadang, porsi juga sedikit disesuaikan, tapi sebisa mungkin tetap menjaga kualitas dan kuantitas agar pelanggan tidak kecewa."

Pewawancara: "Saya lihat ada kode QRIS di gerobak Bapak. Apakah pemanfaatan teknologi, seperti pembayaran digital atau media sosial, turut membantu penjualan?"

Pak Budi: "Betul, Mba. Sejak setahun terakhir ini kami pakai QRIS. Ternyata sangat membantu, terutama bagi anak muda yang jarang bawa uang tunai. Transaksi jadi lebih cepat dan aman. Anak saya yang membantu membuatkan akun Instagram sederhana, sesekali kami upload foto menu. Kami juga terdaftar di beberapa aplikasi ojek online. Walaupun penjualan terbanyak masih offline dari gerobak ini, pesanan online lumayan membantu, terutama saat cuaca kurang mendukung atau malam hari."

 

Pewawancara: "Sebagai pelaku UMKM, apa harapan Bapak terkait dukungan dari pemerintah atau pihak lain untuk mengembangkan usaha seperti ini ke depan?"

Pak Budi: "Harapan saya sederhana, Mba. Semoga harga kebutuhan pokok bisa lebih stabil. Kemudian, kalau ada program pelatihan untuk UMKM, kami sangat terbuka. Mungkin belajar manajemen keuangan yang lebih baik atau cara mengembangkan merek. Saya bermimpi suatu hari bisa punya gerai kecil permanen. Usaha ini tidak hanya untuk saya, tapi juga menghidupi keluarga dan satu orang karyawan lepas yang membantu kalau sedang ramai."

 

 

 

Kesimpulan

Gerobak Biru, Denyut Nadi Ekonomi Lokal (Penutup - Alinea 5)

Liputan terhadap UMKM kentang goreng "Gerobak Biru" ini secara jelas merefleksikan daya tahan dan kemampuan adaptasi sektor informal di tengah lanskap ekonomi yang dinamis. Dari wawancara dengan Pak Budi, terlihat bahwa kegigihan dalam menjaga kualitas produk, efisiensi dalam pengadaan bahan baku, serta keberanian dalam mengadopsi teknologi pembayaran digital dan platform daring, menjadi kunci vital untuk bertahan. Di sisi lain, testimoni dari konsumen seperti Risa menggarisbawahi bahwa produk UMKM masih memiliki magnet kuat berkat kombinasi harga yang kompetitif dan cita rasa otentik yang kerap sulit ditiru oleh pemain besar. Untuk melangkah ke fase "naik kelas", UMKM seperti Pak Budi memerlukan ekosistem pendukung yang kuat, meliputi stabilitas harga bahan pokok dan akses yang lebih luas terhadap edukasi bisnis. Kisah gerobak biru ini, pada akhirnya, bukan sekadar cerita tentang seporsi kentang goreng, melainkan sebuah narasi tentang vitalitas, harapan, dan denyut nadi ekonomi lokal yang tak pernah padam.

 

 

 

 

 

 

 

 


Ekonomi Indonesia tumbuh 5,04 persen di Kuartal III 2025

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mencapai 5,04 persen pada kuartal ketiga tahun 2025. Meski sedikit melambat dibanding kuartal sebelumnya, ekonomi nasional masih menunjukkan ketahanan di tengah tantangan global, dengan konsumsi rumah tangga dan sektor jasa menjadi penopang utama.

08 November 2025 11:05 | terkini