KESEHATAN Terapi Seni: Jalan Kreatif Menuju Pemulihan dan Kesehatan Mental
Trauma psikologis dan tekanan mental merupakan bagian dari pengalaman manusia yang sering kali sulit diungkapkan dengan kata-kata. Luka batin akibat bencana, kekerasan, atau tekanan hidup modern dapat meninggalkan bekas mendalam pada pikiran, emosi, dan hubungan sosial seseorang. Dalam konteks ini, terapi seni hadir sebagai jalan lembut namun kuat untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan mental.
Terapi seni adalah bentuk psikoterapi yang memanfaatkan kegiatan kreatif seperti menggambar, melukis, memahat, atau membuat kolase untuk menyalurkan emosi dan pengalaman batin yang sulit diungkapkan secara verbal. Proses ini memberi ruang aman bagi individu untuk mengekspresikan perasaan dan memproses kenangan traumatis tanpa tekanan untuk bercerita secara langsung. Dengan berfokus pada proses, bukan hasil akhir, seni menjadi media reflektif yang membantu seseorang memahami perasaannya, menemukan makna baru, dan membangun kembali kepercayaan diri.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa terapi seni efektif dalam mengurangi gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD), menenangkan emosi, serta meningkatkan kesejahteraan psikologis. Kegiatan kreatif ini membantu individu mengalihkan perhatian dari pikiran negatif, mengurangi stres, dan memperkuat rasa kendali diri. Bahkan, melalui penciptaan karya seni, seseorang dapat mengalami rasa pencapaian yang menumbuhkan kepercayaan diri serta mendorong munculnya kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah secara positif.
Dalam praktiknya, terapi seni juga terbukti membantu penyintas bencana di berbagai daerah, termasuk korban gempa Lombok tahun 2018. Penelitian mengenai Person-Centered Art Therapy pada penyintas gempa di Lombok Utara menunjukkan hasil signifikan dalam menurunkan gejala PTSD. Pendekatan ini berakar pada teori humanistik Carl Rogers yang menekankan empati, penerimaan tanpa syarat, dan penghargaan terhadap potensi individu untuk berkembang. Melalui lima tahap proses kreatif, mulai dari ekspresi diri hingga menumbuhkan kepercayaan terhadap diri sendiri, para peserta menunjukkan peningkatan rasa tenang, kemampuan refleksi, dan kepercayaan diri yang lebih kuat.
Terapi seni tidak menuntut kemampuan artistik. Yang penting bukanlah keindahan karya, melainkan pengalaman dan kesadaran yang muncul selama proses berkarya. Setiap goresan, warna, atau bentuk visual menjadi sarana komunikasi nonverbal antara individu dan dunia batinnya. Dalam konteks kelompok, terapi seni juga dapat memperkuat koneksi sosial, mengurangi rasa kesepian, dan menumbuhkan empati di antara peserta.
Di Indonesia, terapi seni mulai diadopsi dalam berbagai komunitas penyintas trauma dan lembaga kesehatan mental. Meski masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan tenaga profesional dan rendahnya pemahaman masyarakat, pendekatan ini menawarkan cara penyembuhan yang inklusif, manusiawi, dan selaras dengan nilai-nilai budaya lokal.
Ke depan, pengembangan terapi seni sebagai bagian dari layanan kesehatan mental berbasis budaya Indonesia memiliki potensi besar. Melalui perpaduan antara kreativitas, empati, dan kesadaran diri, seni dapat menjadi bahasa penyembuhan universal menyentuh sisi terdalam manusia, menenangkan jiwa, dan menuntun mereka menuju pemulihan, bahkan ketika kata-kata tak lagi sanggup berbicara.
Alifi Nur Azizah
7024210203
Sumber:
https://share.google/lbU1kBlvpVwId3j4t
https://share.google/BTBYWUJeVRjWmmpOP
bva.telkomuniversity.ac.id/en/34565-2/ https://share.google/VMq4F8cthRmkiDN9W