GAYA HIDUP Pasukan Israel Bangga Bisa Membantai Anak dan Wanita Bahkan Mereka Senang dan Tertawa-tawa Saat Memamerkan Kekejaman dan Genosida yang Dilakukan Dia
DKYLB.com, Jumat (29/12/2023) - Perang yang melanda Palestina karena genosida yang dilakukan oleh Israel semakin di luar akal sehat dan semakin gila.
Pihak Israel bersukacita karena membunuh anak-anak, wanita, kaum ibu, wanita hamil, dan rakyat sipil.
Kekejaman dan kebrutalan yang dipamerkan oleh Israel setiap detik telah berdampak pada krisis kemanusiaan di dunia.
Gelombang protes di New York dan belahan dunia lainnya, setiap hari, tidak membuat Israel dan Netanyahu menghentikan kekejaman mereka, bahkan kegilaan itu semakin mengganas.
Tidak ada waktu untuk warga sipil Palestina menyelamatkan diri mereka bahkan kamp pengungsi dan rumah sakit juga dimusnahkan.
Tidak ada kemanusiaan AS dan sekutunya.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tutup mata pada kebiadaban Israel.
Bahkan Nazi Jerman dan Hitler belum pernah melakukan perbuatan seperti Israel lakukan pada warga Palestina, yang memberikan izin masuk ke Palestina, tapi malah menjajah dan memusnahkan setiap orang Palestina.
Semua warga Palestina yang beragama Islam dan Kristen dibantai setiap saat.
Bahkan sasaran Israel adalah anak-anak, wanita, ibu hamil, dan orang jompo.
Tentara Israel sesumbar dan tertawa karena dia membunuh seorang gadis Palestina berusia 12 tahun.
“Kami mencari bayi tapi tidak ada bayi yang tersisa, saya membunuh seorang gadis berusia 12 tahun, tapi kami sedang mencari bayi.”
Pernyataan itu disebarkan Israel di media sosial.
Sangat pengecut dan sangat menjijikkan.
Israel mengakui serangan udara yang menewaskan 86 orang di kamp pengungsi Gaza adalah 'kesalahan yang disesalkan'.
Meski demikian, Israel merayakan semua pembantaian yang dilakukan pada warga sipil Palestina.
Serangan terhadap kamp Maghazi di Gaza tengah pada Malam Natal adalah salah satu konflik paling berdarah sejauh ini.
Banyak korban tewas khususnya kaum perempuan dan anak-anak.
Serangan udara yang menewaskan 86 orang di kamp pengungsi Gaza adalah sebuah "kesalahan yang disesalkan", kata juru bicara pemerintah Israel.
Eylon Levy mengatakan kepada Sky News bahwa insiden di situs Maghazi pada Malam Natal disebabkan oleh penggunaan “amunisi yang salah” dan “seharusnya tidak terjadi”.
Faktanya, Israel memang senang membantai warga sipil.
Namun, ia enggan meminta maaf atas hilangnya nyawa meski beberapa kali didesak oleh presenter Niall Paterson.
“Kami tidak akan meminta maaf karena melancarkan kampanye untuk membawa rezim teror Hamas ke pengadilan,” katanya.
Sebuah tindakan pengecut dan tidak ada kemanusiaan di muka bumi yang dilakukan Israel memang tidak bisa dibiarkan.
Israel sengaja menjadikan rakyat sipil sebagai sasaran karena keok melawan tentara Palestina.
Levy membenarkan laporan media Israel bahwa Pasukan Pertahanan Israel telah mengakui menggunakan amunisi yang salah, namun mengatakan dia tidak tahu jenis apa yang digunakan.
Dia mengatakan "setiap kematian warga sipil sangat disesalkan", namun menekankan bahwa dalam perang "kesalahan tidak dapat dihindari".
Levy menegaskan bahwa perang Israel melawan Hamas akan terus berlanjut sampai rezim tersebut menyerah dan melepaskan sisa sandera yang disandera oleh militannya selama serangan pada 7 Oktober.
Jika Hamas menyerah, perang bisa “berakhir besok”.
Kenyataan ini bertolak belakang dengan pernyataan Israel yang pengecut.
IDF akan 'mempelajari pelajaran' dari salah satu serangan perang paling berdarah ini
Serangan terhadap kamp Maghazi adalah salah satu konflik paling berdarah sejauh ini.
Rekaman yang diambil oleh tim Sky News setelah kejadian tersebut menunjukkan kehancuran besar-besaran, mayat-mayat terseret dari bawah reruntuhan dan wajah anak-anak yang terluka akibat pecahan peluru di rumah sakit.
Banyak korban tewas adalah dari kaum perempuan dan anak-anak.
Jumlah total orang yang tewas dilaporkan oleh PBB, yang dituduh Levy "menyalurkan" warga sipil ke "benteng Hamas" daripada wilayah yang ditetapkan Israel sebagai wilayah aman.
Israel menyatakan tindakan mereka karena mau melawan Palestina yang dinilai menggunakan sekolah dan rumah sakit untuk bersembunyi di belakang warga sipil sehingga membahayakan mereka.
Padahal semua korban keganasan Israel adalah rakyat sipil, tidak ada tentara Palestina.
Namun serangan Maghazi, yang mana IDF berjanji akan mengambil pelajaran darinya, telah menambah kritik terhadap tindakan Israel.
PBB dan kelompok hak asasi manusia mengatakan warga sipil tidak mendapat perlindungan yang memadai, dan pejabat kesehatan Hamas mengklaim lebih dari 21.100 orang telah terbunuh di Gaza sejak perang dimulai.
PBB lebih banyak berpangku tangan menyaksikan kepengecutan Israel.
Bahkan di daerah-daerah di mana Israel telah memerintahkan warga Gaza untuk pindah demi keselamatan, serangan masih terus terjadi.
Levy menegaskan serangan Maghazi adalah “pengecualian” terhadap aturan bahwa Israel melakukan segala kemungkinan untuk melindungi warga sipil.
“Kami ingin warga sipil pergi ke wilayah di mana mereka bisa dilindungi, kami tidak ingin mereka berada di dalam kubu Hamas,” katanya.

